dc.description.abstract | Bencana tanah longsor atau gerakan tanah merupakan salah satu bencana
alam kebumian yang disebabkan oleh proses geologi atau akibat ulah manusia.
Bencana alam ini banyak mengakibatkan kerugian baik dari segi sosial, ekonomi
maupun lingkungan. Untuk meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh bencana
tanah longsor maka dilakukan upaya mitigasi seperti penelitian, pemetaan daerah
rawan longsor dan sistem monitoring. Salah satu daerah rawan longsor yang berada
di Kabupaten Jember terletak di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa. Tujuan
penelitian ini untuk memetakan letak bidang gelincir serta pergeseran tanah per 15
hari dengan menggunakan aplikasi metode geolistrik resistivitas dan GPS (Global
Positioning System) di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember.
Penelitian ini dilakukan pada daerah rawan longsor di Desa Kemuning Lor
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember pada tanggal 10 Agustus 2005 sampai 24
September 2005. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode geolistrik
resistivitas dan metode GPS. Pada penelitian geolistrik resistivitas data yang diamati
adalah potensial (V) dan arus (I). Lintasan yang diambil sebanyak 2 lintasan
sepanjang 90 meter dengan jarak spasi antar elektroda 3 meter. Pemrosesan data
menggunakan software Res2Dinv, sehingga didapatkan suatu penampang resistivitas.
Sedangkan survei GPS digunakan untuk menentukan arah dan besar pergeseran
tanah ini dilakukan secara episodik dalam kurun waktu 45 hari dengan interval waktu
15 hari. Pergeseran tanah dipantau melalui tujuh titik yaitu titik PS, PRS, PG1, PG2,
PG3, PG4 dan PG5 dengan menggunakan GPS MAP 60CS. Data yang diperoleh
dalam survei ini berupa koordinat posisi yaitu lintang dan bujur serta elevasi.
viii
Pemrosesan data menggunakan surfer 6.01 untuk mendapatkan peta posisi titik-titik
pengamatan serta arah pergerakan tanah.
Hasil yang diperoleh dari penelitian dengan menggunakan metode geolistrik
resistivitas adalah tekstur tanah daerah penelitian berupa tanah lanauan, pasiran serta
tanah lempung lanauan dan tanah lanauan basah-lembek dengan harga resistivitasnya
sebesar 12,9-56,2 Ω meter. Selain itu dari penelitian tersebut dapat diduga letak
bidang gelincir penyebab longsor yaitu pada kedalaman antara 0,75 meter sampai
7,682 meter, dengan kemiringan sebesar 39,2
ix
0
. Bidang gelincir tersebut mempunyai
harga resistivitas yang rendah yaitu sebesar 25,4-29,0
Ω meter.
Sebagai data pelengkap dalam pemetaan gerakan tanah, dilakukan survei
GPS. Survei ini dimaksudkan untuk mengetahui besar serta arah pergeseran tanah
yang terjadi. Berdasarkan data hasil survei GPS terlihat bahwa pada pengukuran
pertama dan kedua tidak terjadi pergeseran. Pada pengukuran ketiga terlihat
pergeseran sebesar 3,09 meter dari posisi sebelumnya pada titik PRS, PG2, PG3 dan
PG4. Pergeseran tanah juga terlihat pada arah vertikal dimana elevasi bergeser 1
meter dari posisi sebelumnya pada titik PRS, PG2 dan PG3. Pada pengukuran
keempat tidak terjadi pergeseran dari pengukuran ketiga. Arah pergeseran yang
terjadi menuju ke arah jurang. Pergeseran terjadi dalam interval waktu 30 hari dari
pengukuran pertama. Pada survei GPS terdapat kejanggalan dimana pada
pengukuran ketiga pergeseran yang terjadi pada titik PG2, PG3 dan PG4 sebesar 3,09
meter, pada kenyataannya titik-titik tersebut diletakkan pada posisi ±1 meter dari tepi
jurang. Apabila hal ini terjadi maka pada titik-titik tersebut mungkin tidak
teridentifikasi lagi. Hal ini mungkin disebabkan oleh receiver GPS MAP 60CS yang
digunakan hanya dapat memberikan data dengan ketelitian
≥1 meter saja, sehingga
receiver tersebut tidak dapat digunakan untuk mengetahui besar pergeseran tanah
yang terjadi. | en_US |