Mekanisme Pengobatan Tradisional Yang Dilakukan Dukun-Dukun Using Di Banyuwangi
Abstract
Penelitian tentang mekanisme pengobatan tradisional cukup signifikan karena penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan deskripsi yang komprehensif dan mendalam tentang dimensi historis, dimensi praktis, dan dimensi fungsional, serta persepsi masyarakat tentang pengobatan tradisional bagi masyarakat Using. Fokus pengobatan tradisional yang dikaji tidak hanya terbatas pada praktik dukun, tetapi juga praktik paranormal dan kiai (khusus yang melakukan praktik penyembuhan).
Penelitian ini dilakukan di desa Kemiren, Desa Olehsari (keduanya di Kecamatan Glagah), dan Desa Mangir (Kecamatan Rogojampi), Banyuwangi. Penelitian ini merupakan penelitian tahun ke-2. Penelitian lanjutan ini berorientasi pada persepsi masyarakat terhadap eksistensi dan model pengobatan dukun, alas an masyarakat melakukan pengobatan tradisional ke dukun, antusiasme masyarakat pergi ke dukun, persepsi masyarakat terhadap fungsi dukun, baik fungsi ekonomi, keseimbangan mikrokosmos-makrokosmos, social, maupun kesehatan. Metode penelitian menggunakan metode etnografi, khususnya perspektif emik, yakni metode yang memandang fenomena social budaya atas dasar sudut pandang masyarakat yang menjadi objek penelitian. Data dikumpulkan dengan teknik observasi partisipasi, wawancara terbuka-mendalam, dan studi pustaka. Data tersebut kemudian diklasifikasi dan ditafsirkan dalam analisis data, yakni analisis cultural. Analisis cultural berupaya memaknai berbagai fenomena, baik secara mandiri maupun dalam relasi dengan fenomena lain dalam konteks kebudayaan Using, guna dijadikan frame dalam memahami hakikat pengobatan tradisional. Hasil analisis dideskripsikan dalam laporan penelitian dan artikel ilmiah.
Berdasarkan kajian terhadap konstruksi social budaya dukun penyembuhan di Banyuwangi, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa mekanisme pola diagnosis yang dilakukan oleh dukun. Pola yang pertama adalah pola konvensional, yakni “pasien” ditanyai tentang keluhan yang dirasakannya, selanjutnya dukun mencari jalan pemecahan untuk menyembuhkan keluhan tersebut. Pola kedua dengan cara neumerologi (petungan). Cara ini mengharuskan dukun mengetahui riwayat kelahiran “pasien”, khususnya nama hari dan pasarannya (weton). Pola ketiga dengan cara intuisi melalui meditasi. Cara ini didominasi oleh pemanfaatan kekuatan gaib. Ketika seorang dukun melakukan meditasi untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita “pasien”, biasanya muncul semacam sinyal yang mengindikasikan tanda-tanda tertentu. Hanya orang yang memiliki kemampuan gaib tertentu, misalnya dukun, yang mampu memaknai tanda-tanda tersebut. Pola keempat dengan cara menganalisis simtom-simtom. Dukun yang memiliki “jam terbang tinggi” akan merasa lebih mudah menemukan simtom penyebab penyakit dibandingkan dukun yang “jam terbangnya terbatas”. Selain itu, juga perlu diperhatikan tentang kepercayaan terhadap sebab terjadinya penyakit.
Sesuai dengan karakteristiknya, prosedur penyembuhan penyakit yang dilakukan oleh dukun tidak dapat dibuktikan secara ilmiah sebagaimana proses penyembuhan medis. Sifat dan prosedur seperti laku spiritual semata-mata merupakan proses penyatuan antara energy bawah sadar yang dimiliki oleh si dukun untuk dipertemukan pada kekuatan-kekuatan gaib yang membantunya pada proses penyembuhan seorang “pasien.” Bisa jadi, tidak seluruh proses penyembuhan yang dilakukan oleh dukun berhasil. Akan tetapi, sebagaimana penyembuhan medis, masalah keberhasilan sangat bergantung banyak hal, seperti keyakinan, tingkat kegawatan penyakit, dan ramuan atau obat yang dikonsumsi.
Collections
- LRR-Hibah Fundamental [144]