dc.description.abstract | Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya.
Gangguan insulin ini berkaitan dengan proses metabolisme dalam tubuh
seseorang. Hal tersebut berpengaruh pada proses makanan yang masuk dalam tubuh
yang melalui proses metabolisme. Oleh karena itu, seorang penderita diabetes
mellitus tipe 2 diharapkan memiliki pengetahuan tentang kebutuhan gizi agar dapat
mengetahui kebutuhan gizi tubuhnya sendiri dan dapat mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam pola makan sehari-harinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat pengetahuan tentang kebutuhan gizi dengan pola makan pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 yang menjalani rawat jalan di RSD dr. Soebandi
Jember.
Penelitian dilaksanakan di poliklinik penyakit dalam RSD dr. Soebandi Jember.
Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan survei korelasi.
Populasi dari penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
RSD dr. Soebandi Jember sebanyak 278 orang. Tehnik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling dengan jumlah 71 orang. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner untuk tingkat pengetahuan dan recall 24 jam untuk
pola makan. Kemudian hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang kebutuhan gizi
dikategorikan menjadi kurang, cukup, dan baik. Sedangkan untuk pola makan
dikategorikan menjadi tidak sesuai dan sesuai.Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki
tingkat pengetahuan yang baik (50,7%) dan pola makan yang sesuai (87,3%). Hasil
perhitungan uji statistik Chi Square didapatkan nilai p=0,001 yang artinya Ho ditolak.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
kebutuhan gizi dengan pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 yang
menjalani rawat jalan di RSD dr. Soebandi Jember. Hasil uji koefisien kontingensi
didapatkan nilai r=0,363 yang artinya hubungan kedua variabel tersebut lemah dan
berpola positif. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
adanya bias pada alat ukur baik kuesioner tingkat pengetahuan tentang kebutuhan gizi
maupun pada data recall 24 jam. Selain hal tersebut dapat pula disebabkan karena
adanya faktor lain yang ikut mempengaruhi pola makan responden seperti
kurangnnya kesadaran responden untuk mematuhi program diet, sikap yang positif,
kesukaan makan, budaya makan, dan kebiasaan makan yang buruk. | en_US |