Show simple item record

dc.contributor.authorAditha Satria Maulana
dc.date.accessioned2014-01-25T15:09:33Z
dc.date.available2014-01-25T15:09:33Z
dc.date.issued2014-01-25
dc.identifier.nimNIM062010101019
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/24160
dc.description.abstractCabai Rawit dikenal dengan cita rasanya yang sangat pedas. Berdasarkan penelitian terdahulu kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas sering dianggap sebagai penyebab timbulnya gastroenteritis (Imaniar, 2007). Jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih cabai dapat mengakibatkan sakit perut dan diare bagi pengkonsumsinya,. Diare disebabkan oleh proses inflamasi langsung yang ditimbulkan capsaicin terhadap saluran pencernaan ataupun mekanisme toksisitas melalui perantaraan bakteri saluran cerna. Mengingat dampak buruk yang dapat disebabkan oleh konsumsi cabai,rawit, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana upaya preventif dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman empiris dan mempertimbangkan aspek biaya dan pilihan terapi yang paling sering dipakai masyarakat, obat golongan adsorben (norit) yang akan digunakan. Peneliti ingin membuktikan, apakah pemberian adsorben dapat mencegah resiko diare akibat konsumsi cabai rawit (Capsicum frutescens). Rancangan penelitian ini adalah quosi experimental. Dengan desain uji klinis multiple-time series yang membandingkan kelompok perlakuan (P) dengan kelompok kontrol (K) dengan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian ini melibatkan 10 orang sukarelawan yang akan mendapatkan 2 macam perlakuan yang seragam. Pada minggu pertama semua sukarelawan menjadi kelompok kontrol (K), sukarelawan meminum plasebo sebelum mengkonsumsi cabai rawit, sedangkan pada minggu kedua semua sukarelawan menjadi kelompok perlakuan (P), sebelum mengkonsumsi cabai rawit sukarelawan meminum adsorben terlebih dahulu. Primary outcomes dalam penelitian ini adalah pengukuran frekuensi buang air besar dan konsistensi faeces dan variabel pendukung lain yang diamati dalam uji klinis ini adalah frekuensi peristaltik dan nyeri perut. Pengamatan dilakukan setelah perlakuan pada jam ke 1, jam ke 5, jam ke 8, jam ke 12, dan jam ke 24 untuk frekuensi peristaltik, sedangkan pengamatan frekuensi buang air besar, konsistensi faeces, dan nyeri perut dilakukan pada 24 jam setelah perlakuan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik Chi-Square untuk menganalisa adanya hubungan antara jenis perlakuan dan keluhan yang mungkin timbul. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pada kelompok K didapatkan hasil 80% dari sukarelawan mengalami kenaikan frekuensi peristaltik pada jam ke 5 setelah pemberian plasebo sedangkan pada kelompok P semua sukarelawan tidak mengalami kenaikan frekuensi peristaltik, selanjutnya 40% dari sukarelawan kelompok K mengalami peningkatan frekuensi buang air besar sedangkan pada kelompok P hanya 10% yang mengalami peningkatan frekuensi buang air besar, kemudian 50% dari sukarelawan kelompok K mengalami penurunan konsistensi faeces (lembek) sedangkan pada kelompok P hanya terjadi pada 10% sukarelawan, dan 50% sukarelawan kelompok K mengalami keluhan nyeri perut sedangkan pada kelompok P hanya sebesar 20% sukarelawan yang mengalami keluhan nyeri perut. Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pemberian adsorben dapat mencegah resiko diare akibat konsumsi cabai rawit (Capsicum frutescens) dengan berkurangnya frekuensi peristaltik, penurunan frekuensi buang air besar, peningkatan konsistensi faeces (padat), dan berkurangnya keluhan nyeri perut.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries062010101019;
dc.subjectResiko Diare Akibat Konsumsi Cabai Rawiten_US
dc.titleUJI KLINIS ADSORBEN UNTUK MENCEGAH RESIKO DIARE AKIBAT KONSUMSI CABAI RAWIT (Capsicum frutescens)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record