Show simple item record

dc.contributor.authorUlva Dwi Jayanti
dc.date.accessioned2014-01-24T08:03:25Z
dc.date.available2014-01-24T08:03:25Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM082210101002
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23622
dc.description.abstractCVA atau yang lebih dikenal dengan Stroke adalah penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan serius menetap nomor satu di seluruh dunia. Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke hemorrhagic mencapai 40-80% dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam pertama. Di RSD dr.Soebandi Jember angka kematian akibat stroke hemorrhagic pada tahun 2011 mencapai 152 pasien dari total 330 pasien. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya suatu intervensi dengan cara pemberian agen neuroprotektif sesegera mungkin untuk menekan angka kematian dan kecacatan. Agen neuroprotektif yang digunakan ialah Citicolin (cytidine-5 –diphosphocholine), Ceremax (Nimodipine) dan Semax (Geptapeptida). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis obat yang paling efektif dalam perbaikan GCS (Glasgow Coma Scale) dan mengetahui perbandingan CER (Cost Effectiveness Ratio) antara ketiga obat neuroprotektif sehingga didapatkan obat yang paling efektif dan efisien. Metode penelitian dilakukan secara kohort retrospektif melalui intervensi pemberian obat neuroprotektif pada 90 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien CVA Hemorrhagic di RSD dr.Soebandi Jember 55% laki-laki, rentang usia paling besar 45-65 tahun. Berdasarkan Klasifikasi GCS awal, 26 pasien termasuk GCS ringan, 35 pasien GCS sedang dan 29 pasien GCS berat. Perubahan klasifikasi GCS signifikan terlihat pada Semax yaitu klasifikasi perbaikan GCS berat dari 11 orang menjadi 0. Perbaikan GCS setelah pemberian Citicolin pasien kondisi meningkat sebanyak 19 orang, tetap 9 orang, menurun 2 orang, untuk Ceremax meningkat 18 orang, tetap 9 orang, menurun 3 orang, sedangkan untuk Semax meningkat 28 orang, tetap 1 orang, menurun 1 orang. Berdasarkan analisis statistik diketahui kelompok obat yang memiliki perbedaan perbaikan GCS yaitu antara Citicolin dan Semax serta Ceremax dan Semax, sedangkan untuk Citicolin dan Ceremax tidak ada perbedaan perbaikan GCS. Lama Pemberian untuk ketiga obat tidak berbeda signifikan. Total biaya tertinggi Semax yaitu Rp 30.956,-/ kenaikan GCS, kemudian Ceremax Rp 28.043,-/kenaikan GCS, dan CER terendah Citicolin Rp 8.620,-/kenaikan GCS. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga obat efektif untuk perbaikan GCS. Untuk perbandingan CER diketahui bahwa nilai CER terendah adalah Citicolin, kemudian Ceremax, dan tertinggi adalah Semaxen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082210101002;
dc.subjectIntervensi Obat Neuroprotektifen_US
dc.titleINTERVENSI OBAT NEUROPROTEKTIF DITINJAU DARI PERBAIKAN GCS DAN CER TERHADAP PASIEN CVA Hemorrhagic DI RSD dr. SOEBANDI JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record