Show simple item record

dc.contributor.authorGunawan Wibisono
dc.date.accessioned2014-01-24T05:49:08Z
dc.date.available2014-01-24T05:49:08Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM080110201052
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23445
dc.description.abstractPenelitian dilakukan dengan langkah-langkah yang telah ditentukan meliputi: membaca, memahami, menentukan kajian, menentukan unsur struktural, mengadakan penganalisisan pada novel degan kajian psikologi wanita, dan membuat kesimpulan yang sesuai dengan hasil analisis. Sistematika pembahasan antara lain pendahuluan, gambaran umum, analisis struktural, analisis psikologi wanita, dan kesimpulan. Gambaran umum dalam novel Jalan Bandungan adalah pandangan hidup masyarakat Jawa dan pandangan kehidupan perempuan Jawa. Tema mayor pada novel Jalan Bandungan adalah dengan ketegaran menjalani cobaan hidup, seseorang dapat sukses menjalani kehidupannya. Tema minornya adalah kekuasaan orang tua membawa pengaruh buruk bagi kehidupan anaknya, perlakuan buruk suami terhadap istri menimbulkan kesengsaraan, kasih sayang Ibu terhadap anaknya tidak pernah berahir dan rasa cinta suami terhadap istri yang dinikahinya. Tokoh utama dalam novel Jalan Bandungan adalah Muryati. Ia memiliki watak bulat, yaitu watak yang berubah-ubah selama penceritaan. Pada awalnya Muryati memiliki watak baik hati dan mudah percaya. Semenjak suaminya menyakiti hatinya, Muryati berubah menjadi pendendam terhadap suaminya. Tokoh tambahan dalam novel Jalan Bandungan meliputi: Bapak, Ibu, Handoko memiliki watak datar, serta Widodo memiliki watak bulat, berubah-ubah dalam penceritaan. Konflik meliputi konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal terjadi pada tokoh Muryati yang bertengkar dengan calon suaminya (Widodo), Muryati merasa kedinginan ketika mengungsi di desa Guci yang terletak di lereng Gunung Slamet. Konflik internal dialami oleh tokoh Muryati. Konflik yang terdapat dalam cerita akan membuat cerita semakin menarik Latar yang terdapat dalam novel Jalan Bandungan latar tempat, latar waktu, dan latar alat. Latar tempat yang digambarkan adalah desa Guci tempat Muryati mengungsi pada saaat terjadi perang revolusi, Belanda tempat muryati melanjutkan pendidikannya, dan Jalan bandungan (Semarang) rumah Ganik yang diwariskan kepada Muryati dan menjadi tempat tinggalnya. Latar waktu yang terdapat dalam novel Jalan Bandungan adalah malam hari, hari minggu dan musim dingin. Latar alatnya adalah gerobak sapi, telepon rumah, dan kereta api. Pada analisis psikologi wanita, beberapa ciri khas wanita yang dapat memberikan pengaruh pada kepribadian antara lain keindahan, kerendahan hati, sifat memelihara. Keindahan fisik tidak terdapat pada novel tersebut sehingga analisis hanya terdapat pada keindahan psikis yang terdapat pada tokoh Muryati. Sifat rendah hati terdapat pada tokoh Ibu dan Muryati. Sifat memelihara juga terdapat pada tokoh Ibu dan Muryati. Pada masa dewasa, Muryati mengalami kematangan psikis dan tujuan hidupnya semakin jelas. Ia berusaha hidup mandiri dengan menjadi guru dan berusaha meningkatkan pendidikannya di Belanda. Ia tetap tegar dalam menjalani hidupnya yang penuh dengan penderitaan. Dasar pertimbangan jodoh dilakukan oleh orang tua Muryati terhadap dirinya. Dasar pemilihan jodoh ini berdasarkan tiga ketentuan yaitu bibit, bebet, dan bobot. Relasi ibu dan anak terdapat pada tokoh Ibu dan Muryati yang menyayangi anakanaknya selalu menjaga, memberi nasehat dan memberi pengawasan. Titik patah dan fungsi revisi, terjadi pada tokoh Ibu, Muryati, dan Sri. Kesanggupan untuk menanggung kesedihan yakni, kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri dari kemalangan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080110201052;
dc.subjectKAJIAN PSIKOLOGI WANITA, NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINIen_US
dc.titleKAJIAN PSIKOLOGI WANITA NOVEL JALAN BANDUNGAN KARYA NH. DINIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record