Show simple item record

dc.contributor.authorDeri Roesfi Hakiki
dc.date.accessioned2014-01-24T05:43:46Z
dc.date.available2014-01-24T05:43:46Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM090110201032
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23433
dc.description.abstractPenelitian ini digunakan tiga tahap penelitian. Pertama tahap penyediaan data, metode simak digunakan untuk mendapatkan data primer yang berupa bahasa kartun politik, teknik sadap sebagai teknik dasarnya, teknik simak bebas libat cakap (SBLC), dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Metode cakap dengan kuesioner yang bersifat terbuka dan tertutup digunakan untuk mendapatkan data sekunder, untuk memperoleh pandangan masyarakat tentang fungsi kartun politik. Kedua tahap analisis data, metode padan referensial digunakan untuk menentukan makna eksplisit dan metode pragmatis digunakan untuk menentukan makna implisit, strategi menyindir, dan fungsi kartun politik sebagai sarana kontrol sosial. Tahap penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan metode formal dan informal. Dari hasil penelitian, diperoleh deskripsi makna eksplisit dan implisit, strategi menyindir, dan fungsi kartun politik sebagai sarana kontrol sosial pada buku Politik Santun dalam Kartun karya Muhammad Mice Misrad. Makna eksplisit bahasa kartun politik merupakan makna tidak terikat konteks, sedangkan makna implisit merupakan makna terikat konteks. Makna implisit pada kartun politik mengandung unsur sindiran, kritikan, pesan moral, dan informasi. Contohnya sebagai berikut, tuturan “Berdamailah kalian. Karena musuh sebenarnya dan nyata, adalah dia!” yang dituturkan oleh seorang pria kepada kedua belah pihak yang berseteru dengan menunjuk tokoh tikus berbadan gendut. Makna eksplisit pada tuturan tersebut yaitu „ajakan untuk berdamai kepada pihak yang berseteru. Musuh sebenarnya yang harus diberantas adalah orang yang ditunjuk penutur‟. Tuturan tersebut memiliki makna impilsit „peringatan jika bentrokan yang terjadi sebenarnya tidak perlu terjadi, Musuh nyata dan perlu diperangi adalah korupsi‟. Makna implisit pada tuturan tersebut memiliki pesan moral. Strategi menyindir pada kartun politik menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan yaitu gaya bahasa alusio dan gaya bahasa sinisme. Contohnya sebagai berikut, tuturan “Darurat Sea Games ni, Pak...? biasanya sih Kebakaran Jenggot...” menggunakan gaya bahasa alusio yaitu gaya bahasa mengias dengan mempergunakan ungkapan kebakaran jenggot yang memiliki arti bingung tidak keruan. Sebagai sarana kontrol sosial kartun politik memiliki fungsi yang bertujuan untuk mendidik masyarakat pembaca dan mengajak masyarkat pembaca agar mematuhi nilai sosial yang berlaku. Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui pandangan masyarakat terhadap kartun politik. Kartun politik menurut masyarakat merupakan gambar sindiran, gambar kritik, ruang penyampaian aspirasi, gambar penyampaian informasi, dan gambar humor yang mengandung pesan moral.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries090110201032;
dc.subjectBUKU POLITIK SANTUN DALAM KARTUN, MUHAMMAD MICE MISRAD, KAJIAN SEMANTIK DAN PRAGMATIKen_US
dc.titleBUKU POLITIK SANTUN DALAM KARTUN KARYA MUHAMMAD MICE MISRAD: KAJIAN SEMANTIK DAN PRAGMATIKen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record