Show simple item record

dc.contributor.authorSinta Dwi Puspitasari
dc.date.accessioned2014-01-24T04:43:26Z
dc.date.available2014-01-24T04:43:26Z
dc.date.issued2014-01-24
dc.identifier.nimNIM082210101013
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23247
dc.description.abstractPenyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan aliran udara ini bersifat pogresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya. Penyakit tersebut menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Prevalensi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Indonesia cukup tinggi yakni sebesar 5,6%. Faktor risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) antara lain kebiasaan merokok, riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja, riwayat infeksi saluran napas bawah berulang dan defisiensi antitrypsin alfa-1 yang umumnya jarang terdapat di Indonesia. Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai jumlah perokok tertinggi ketiga di dunia. Kebiasaan merokok tersebut cenderung meningkat dari waktu ke waktu, sementara di negara maju kebiasaan merokok ini mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya yang telah menyadari bahaya rokok bagi kesehatan. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penelitian ini menggunakan desain metode case-control yang mengambil subyek penelitian pada responden PPOK dan non PPOK. Responden PPOK diambil dari pasien rawat jalan PPOK di RS Paru Jember periode Januari-Desember 2011 Sedangkan responden non PPOK diambil dari orang yang tempat tinggalnya di sekitar rumah responden PPOK yang tidak menderita PPOK. Analisa data menggunakan metode Chi-square. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Hasil analisis dengan menggunakan metode Chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik karena nilai p-value <0,05. Merokok merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ditunjukkan oleh nilai Ods Ratio sebesar 7,6. Dimana orang yang mempunyai kebiasaan merokok lebih berisiko 7 kali terkena Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Selain itu banyak rokok yang dihisap perhari juga mempunyai pengaruh terhadap timbulnya PPOK dimana seseorang yang menghisap rokok sebanyak ≥3 pak perhari berisiko terkena PPOK 4-5 kali lipat jika dibandingkan seseorang yang menghisap 1-2 pak rokok perharinya. Lama merokokpun berpengaruh yakni seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok >20 tahun lebih berisiko terkena PPOK 3-4 kali lipat dibandingkan dengan seseorang yang kebiasaan merokoknya ≤20 tahun. Seseorang yang lebih sering menghisap rokok jenis non filter lebih berisiko terkena PPOK 1-2 kali lipat dibandingkan seseorang yang menghisap rokok jenis filter. Jadi pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOKen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082210101013;
dc.subjectKebiasaan Merokoken_US
dc.titleHubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Di RS Paru Jember; Sinta Dwi Puspitasari, 082210101013en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record