dc.description.abstract | Salah satu tanaman yang diketahui berpotensi sebagai antikanker secara
empiris adalah Phyllanthus acidus L atau sering kita kenal dengan tanaman
ceremai. Ceremai merupakan salah satu dari 22 tanaman obat Indonesia yang
digunakan sebagai obat antikanker. Beberapa penelitian antikanker tanaman
ceremai telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak metanol akar ceremai bersifat
sitotoksik terhadap larva udang Artemia salina Leach harga LC50 34,79 μg/ml.
Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak metanol akar ceremai pada dosis 300
mg/kgBB mampu menghambat pertumbuhan kanker serta menyebabkan
terjadinya 40% nekrosis sel kanker fibrosarkoma mencit yang induksi benzo
(a)piren. Kandungan ceremai adalah alkaloid, tanin, flavonoid, lignin, fenolik, dan
terpenoid, selain itu juga mengandung vitamin C. Selain golongan senyawa
alkaloid, golongan senyawa flavonoid, steroid dan terpenoid juga berfungsi
sebagai antikanker. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan uji toksisitas kulit
batang ceremai dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST).
Tujuan dari penelitian ini pertama adalah mengetahui toksisitas ekstrak nheksana,
klorofom, dan metanol kulit batang ceremai terhadap Artemia salina
dengan metode BST. Kedua mengetahui ekstrak yang memiliki toksisitas
tertinggi. Ketiga mengetahui golongan senyawa pada ekstrak kulit batang ceremai
yang memiliki efek toksik paling tinggi.
Serbuk simplisia kulit batang ceremai sebanyak 250 g diekstraksi secara
bertingkat dengan menggunakan pelarut n-heksana, kloroform dan metanol
menghasilkan rendemen berturut-turut yaitu 1,47%, 1,14 %, dan 10,06 %. Ketiga
ekstrak kemudian diuji toksisitas terhadap Artemia salina dengan metode BST.
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode probit sehingga dihasilkan nilai LC50. Nilai LC50 yang diperoleh dari masing-masing ekstrak kemudian dianalisis
dengan uji Kruskal-wallis, apabila ada perbedaan bermakna maka dilanjutkan
dengan uji Mann-whitney.
Skrining fitokimia secara kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan pada
ekstrak yang mempunyai nilai LC50 terendah. Skrining fitokimia secara KLT
bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak
kloroform terutama kandungan alkaloid, flavonoid dan terpenoid.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
ekstrak n-heksana, kloroform, dan etanol kulit batang ceremai memiliki efek
toksik terhadap A. salina dengan nilai LC50 rata-rata berturut-turut sebagai berikut
88,337 ppm, 31,659 ppm, 178,683 ppm. Berdasarkan Nilai LC50 diketahui bahwa
ekstrak kloroform bersifat paling toksik. Hasil uji Kruskal-wallis, diperoleh nilai
signifikan 0,024. Oleh karena nilai signifikan < 0,05, maka menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna minimal satu jenis ekstrak berdasarkan nilai LC50.
Hasil uji Mann-whitney menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara ekstrak
n-heksana-kloroform, dan ekstrak kloroform-metanol kulit batang ceremai. Hasil
uji skrining fitokimia ekstrak kloroform kulit batang ceremai diduga mengandung
golongan senyawa flavonoid dan terpenoid. | en_US |