dc.description.abstract | Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun
menyebabkan kebutuhan pangan semakin besar. Tanaman pertanian sering diganggu
atau dirusak oleh organisme pengganggu yang secara ekonomis sangat merugikan
petani. Organisme pengganggu tanaman (OPT) ini dikenal sebagai hama tanaman,
penyakit tanaman, dan gulma (Djojosumarto, 2000). Untuk mengatasi organisme
pengganggu tersebut digunakan berbagai jenis pestisida dengan aneka bahan aktifnya
(Wudianto, 2002). Salah satu alternatif yang digunakan oleh petani untuk
mengendalikan hama adalah pestisida nabati, yaitu dengan memanfaatkan tumbuhtumbuhan
yang ada disekitar. Secara umum pestisida nabati adalah suatu pestisida
yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai di alam,
sehingga tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan relatif aman bagi
manusia dan ternak, karena residunya mudah hilang. Pernyataan ini didukung dengan
adanya bukti bahwa penggunaan pestisida sintetis mengakibatkan berbagai kerugian
baik bagi petani pekerja, konsumen maupun lingkungan (Setyono, 2009).
Suku Tengger merupakan salah satu aset budaya yang memiliki banyak
potensi didalamnya mengenai kehidupan yang masih dekat dan terkait dengan alam.
Suku Tengger merupakan suku yang bertempat tinggal di lereng Gunung Bromo,
memiliki warisan budaya yang khas dari nenek moyang. Keadaan masyarakatnya
masih bersikukuh dengan tradisi yang diwarisi oleh para pendahulunya. Salah satu
tradisi tersebut yaitu sistem pertanian tradisional. Dalam berladang Suku Tengger
masih memanfaatkan tumbuh - tumbuhan sebagai pestisida nabati. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berbagai macam tumbuhan yang
digunakan sebagai pestisida nabati, mengetahui cara penggunaan pestisida nabati dan
viii
mengetahui persentase penggunaan pestisida nabati dan pestisida buatan oleh Suku
Tengger.
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif eksploratif,
dengan Suku Tengger yang menggunakan pestisida nabati sebagai sampel. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snowball Sampling. Dengan
menentukan sampel awal (informan kunci/key informan) kemudian menentukan
sampel berikutnya berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan kunci. Setelah
menentukan sampel dilakukan interview informan, pengumpulan data didapatkan dari
wawancara semi-struktural dengan informan yang menggunakan berbagai tumbuhan
sebagai pestisida nabati, dengan menggunakan tipe pertanyaan open-ended dan
dilakukan analisis data.
Hasil penelitian pada Suku Tengger Desa Argosari Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang, Desa Ledok Ombo dan Desa Wonokerso Kecamatan Sumber,
Kabupaten Probolinggo. Didapatkan 33 orang yang menjadi sampel penelitian.
Sampel diperoleh dari desa yang sudah menjadi objek penelitian yaitu Desa Argosari
sebanyak 16 orang, Desa Ledok Ombo sebanyak 10 orang dan Desa Wonokerso
sebanyak 7 orang. Dari 3 Desa tersebut terinventarisir 10 tumbuhan dan 2 bahan lain
yang digunakan sebagai pestisida nabati. Dari 10 tumbuhan ini digunakan untuk
mengendalikan 8 macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman petani. Dari
tabel persentase, persentase penggunaan yang paling tinggi yaitu tumbuhan Adas dan
Pahitan sebanyak 75,7%. Tumbuhan yang lain penggunaanya dibawah 50% meliputi
Bawang Putih (Allium sativum) dan Jeringau (Acorus calamus L), sedangkan sisa
tumbuhan yang lain mempunyai persentase penggunaan yang relatif rendah yaitu
dibawah 20%. Pestisida nabati yang digunakan oleh Suku Tengger digunakan secara
turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi dengan pewarisan budaya
yang ada di Suku Tengger. Tetapi dengan kemajuan zaman petani mendapatkan
informasi tentang penggunaan pestisida nabati tidak hanya dari orang tua, petani
mendapatkan informasi penggunaan tumbuhan sebagai pestisida nabati dari petugas
PPL (petugas penyuluh lapangan) dan dari buku-buku pertanian. | en_US |