Show simple item record

dc.contributor.authorDubita Widasari
dc.date.accessioned2014-01-23T05:24:05Z
dc.date.available2014-01-23T05:24:05Z
dc.date.issued2014-01-23
dc.identifier.nimNIM051610101018
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/22177
dc.description.abstractPenelitian yang dilakukan diberbagai negara di dunia menunjukkan gambaran kecenderungan meningkatnya jumlah gigi yang terkena karies (Situmorang,2004:6). Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap terjadinya karies gigi (Wijayakusuma, 2004:3). Penderita cacat mempunyai kesehatan mulut yang buruk dari pada penderita normal. Penderita cacat mempunyai keterbatasan untuk melaksanakan prosedur membersihkan mulut (Noerdin, 1999:36), sedangkan Ami Angela (2005:4) menjelaskan bahwa anak dengan ketidakmampuan mental atau cacat fisik terutama cacat tangan memerlukan perhatian khusus secara terus menerus disebabkan anak ini mempunyai keterbatasan untuk melaksanakan prosedur membersihkan mulutnya dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Penelitian Girsang (2008:1) menjelaskan bahwa indeks debris, kalkulus, oral hyangiene serta DMF-T lebih tinggi pada anak yang tuna netra dibandingkan pada anak tidak tuna netra. Tuna rungu merupakan jenis dari cacat fisik yang belum banyak diteliti. Tuna rungu adalah salah satu kelainan fisik yang berhubungan dengan berkurangnya pendengaran yang dapat menghambat perkembangan bicara dan bahasanya (Parmanarian, 1995:26). Peneliti ingin melajutkan penelitian dengan mengambil jenis populasi lain yaitu anak tuna rungu dengan alasan keterbatasan yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan melihat Perbedaan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak Tuna Rungu dengan Anak tidak Tuna Rungu Usia 6 Sampai 12 tahun. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009. Sampel penelitian dibedakan atas kelompok tuna rungu dengan kelompok tidak tuna rungu. Kelompok tuna rungu diambil dari Taman Pendidikan dan Asuhan II Desa BintoroPatrang, Sekolah Dasar Luar Biasa Patrang, Taman Pendidikan dan Asuhan Sekolah Luar Biasa Kaliwates, Sekolah Luar Biasa Balung dan kelompok tidak tuna rungu diambil dari di SDN 2 Bintoro, SDN 2 Patrang, SDN 2 Kaliwates dan SDN 1 Balung. Masing-Masing kelompok sampel tuna rungu dan kelompok sampel tidak tuna berjumlah 56 siswa sehingga total adalah 112 siswa. Uji Mann-Whitney dilakukan terhadap status kesehatan gigi dan mulut (tingkat karies, tingkat kebersihan gigi dan mulut dan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut) menunjukkan hasil perbedaan yang signifikan pada nilai kebersihan mulut (OHI-S), tingkat karies gigi (def-t dan DMF-T) serta tingkat pengetahuan kedua kelompok sampel. Analisa data menunjukkan kelompok tuna rungu memiliki tingkat karies, tingkat kebersihan dan tingkat pengetahuan yang lebih rendah daripada kelompok anak tidak tuna rungu. Anak tuna rungu mengalami gangguan dalam proses mendengar. Keterbatasan pendengaran pada anak tuna rungu mengakibatkan kurangnya informasi yang didapatkan, termasuk informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya informasi mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak tuna rungu akan membentuk suatu perilaku yang salah yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulutnya. Berdasarkan hal tersebut kelompok tuna rungu dinilai sebagai kelompok yang lebih berisiko terkena karies dibandingkan kelompok tidak tuna rungu.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries051610101018;
dc.subjectPERBEDAAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK TUNA RUNGU DENGAN ANAK TIDAK TUNA RUNGU USIA 6 SAMPAI 12 TAHUNen_US
dc.titlePERBEDAAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK TUNA RUNGU DENGAN ANAK TIDAK TUNA RUNGU USIA 6 SAMPAI 12 TAHUNen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record