Show simple item record

dc.contributor.authorAnis Nurul Farida
dc.date.accessioned2014-01-23T04:32:38Z
dc.date.available2014-01-23T04:32:38Z
dc.date.issued2014-01-23
dc.identifier.nimNIM082010101076
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/22045
dc.description.abstractDemam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Sudoyo et al., 2007). Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemik. Sejak tahun 1948 drug of choice untuk demam tifoid adalah kloramfenikol. Pada tahun 1970 di India dilaporkan adanya kasus demam tifoid yang resisten terhadap kloramfenikol, sedangkan di Meksiko pertama kali dilaporkan pada tahun 1972. Pada tahun 1973 Olarte dan Galindo melaporkan adanya strain S. typhi yang resisten terhadap ampisilin dan kloramfenikol. Hal ini mendorong ditemukannya produk alternatif untuk mengatasi demam tifoid, salah satunya adalah sarang semut. Sarang semut mengandung senyawa aktif flavonoid, tanin dan polifenol yang pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat berperan langsung sebagai antibakteri.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101076;
dc.subjectPERTUMBUHANen_US
dc.titleUJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens) TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi SECARA IN VITROen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record