Show simple item record

dc.contributor.authorGabriella Amadea Anggi
dc.date.accessioned2014-01-23T03:46:22Z
dc.date.available2014-01-23T03:46:22Z
dc.date.issued2014-01-23
dc.identifier.nimNIM062210101043
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/21936
dc.description.abstractPemakaian obat-obatan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai efek samping. Salah satunya adalah efek hepatotoksik, yaitu efek samping kerusakan sel-sel atau jaringan hati dan sekitarnya akibat konsumsi suatu obat. Kemungkinan hepatotoksik obat ada yang bisa diprediksi dan ada yang tidak, tergantung pada mekanisme kerja obat, metabolit yang dihasilkannya, serta kaitannya dengan jumlah dosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang profil pasien (jenis kelamin dan usia), profil pengobatan pasien (dosis dan durasi) dan golongan obat hepatotoksik yang digunakan dalam terapi pasien dengan gangguan fungsi hati. Serta melakukan evaluasi profil pengobatan terhadap adanya kemungkinan potensi efek hepatotoksisitas. Dengan adanya pengelohan yang baik diharapkan dapat meningkatkan survival penderita dan dapat meminimalkan tingkat kejadian hepatotoksisitas pada penggunaan obat-obat tertentu terhadap pasien gangguan fungsi hati. Penelitian ini dilakukan dengan cara non eksperimental dengan rancang penelitian analisis deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan totally sampling pasien dengan diagnosa hepatitis virus dan sirosis hati, pada periode bulan Januari 2011 – Agustus 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Lembar Pengumpul Data (LPD). Total populasi terjangkau pada penelitian ini adalah 115 DMK, dengan total data eksklusi 98 DMK dan data inklusi 17 DMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menerima terapi obat hepatotoksik terbanyak pada pasien sirosis hati, sebesar 76,47% (14). Sedangkan untuk profil pasien berdasar jenis kelamin, pasien laki-laki 58,82% (10) lebih banyak menerima terapi obat hepatotoksik dibanding pasien perempuan 41,18% (7), karena pasien laki-laki secara konstan merupakan pasien terbanyak di seluruh total populasi terkendali dalam penelitian ini. Karena jumlah sampel yang sedikit maka dalam analisis hasil penelitian dibagi dalam 3 kelompok dengan rentang usia 20 tahun tiap kelompok. Kelompok yang menerima terapi obat hepatotoksik terbanyak adalah rentang usia 31–50 tahun sebanyak 47,06% (8). Untuk penggunaan obat hepatotoksik, kelompok terbesar pada penggunaan kaptopril 35,29% (6) dan kelompok terkecil terdapat pada kelompok penggunaan obat NSAID 5,88% (1), obat NSAID yang digunakan adalah asam mefenamat. Kemungkinan hepatotoksisitas lebih kecil pada pasien yang menerima terapi tunggal obat hepatotoksik dibanding pasien yang menerima kombinasi 2 obat hepatotoksik. Dari 17 sampel, terdapat 3 sampel yang berpotensi hepatotoksik, yaitu: 1 sampel dari pemberian terapi tunggal obat hepatotoksik (asam mefenamat) dan 2 sampel dari pemberian kombinasi 2 obat hepatotoksik (kombinasi kaptopril–omeprazol dan kombinasi alopurinol–parasetamol). Obat hepatotoksik tetap diberikan dalam terapi meskipun pasien mengalami gangguan fungsi hati, karena diharapkan efek terapi yang diberikan lebih besar dibanding efek samping yang ditimbulkan. Selain itu, adanya penyakit penyerta juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat hepatotoksik untuk terapi. Reaksi hipersensitivitas dan hepatotoksisitas dapat diminimalkan asalkan sesuai dengan dosis dan lama terapi yang aman sesuai literatur yang ada.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries062210101043;
dc.subjectOBAT, PASIENen_US
dc.titleEVALUASI INSIDEN PENGGUNAAN OBAT HEPATOTOKSIK PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN RIWAYAT GANGGUAN HATI DI RSD dr. SOEBANDI JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record