Show simple item record

dc.contributor.authorSeptyan Ashfaadien
dc.date.accessioned2014-01-23T02:27:44Z
dc.date.available2014-01-23T02:27:44Z
dc.date.issued2014-01-23
dc.identifier.nimNIM061910201054
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/21782
dc.description.abstractSaat ini kebutuhan akan tenaga listrik benar – benar menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting. Setiap peralatan yang ada di sekitar kita kebanyakan telah menggunakan tenaga listrik sebagai catu dayanya. Tak hanya di rumah tangga, kebutuhan listrik juga merupakan kebutuhan vital bagi industri. Hampir semua peralatan industri modern menggunakan tenaga listrik. Apabila pasokan listrik ke rumah – rumah dan industri terganggu, maka para pelanggan terutama dari kalangan Industri akan mengalami kerugian yang sangat besar. Kontinuitas merupakan salah satu tantangan terbesar PT. PLN sebagai satu – satunya penyedia tenaga listrik di Indonesia. Akan tetapi kontinuitas sering terhalang beberapa kendala antara lain gangguan terhadap pasokan tenaga listrik. Sistem distribusi di pulau jawa menggunakan tegangan layan 20 kV dan sebagian besar saluran distribusi (70%) menggunakan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM). Saluran ini sangat rawan terhadap gangguan alam. Gangguan – gangguan ini cukup mempengaruhi kinerja PT. PLN dalam penyaluran tenaga listrik. Seringkali gangguan - gangguan tersebut merusak peralatan – peralatan pelanggan dan peralatan – peralatan PT. PLN itu sendiri. . Untuk itu, dalam penelitian ini dibahas mengenai beberapa factor yang menyebabkan kegagalan proteksi yang disebabkan oleh gangguan – gangguan yang terjadi di jaringan. Kebanyakan kegagalan proteksi Rele Arus Lebih (Over Current Relay) yang terjadi di lapangan karena tingginya arus gangguan yang terjadi. Arus gangguan yang terjadi bias mencapai 7936 Ampere sehingga menyebabkan CT jenuh. Pada pemeriksaan lengkung kemagnitan pada CT sebagai alat pembaca arus, arus yang sedemikian besar telah mencapai titik saturasi dari CT tersebut, sehingga pembacaan CT menjadi tidak akurat lagi. Solusi yang diberikan adalah dengan menurunkan tegangan jaringan transmisi menjadi 70kV dengan menggunakan IBT (Interbus Transformers) serta mengurangi beban Transformator tenaga untuk tiap penyulang. Dari 50 MVA untuk 1 penyulang dibagi menjadi 20 MVA dan 30 MVA untuk penyulang tersebut. Sehingga factor – factor penyebab besarnya arus gangguan dapat diminimalisir.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries061910201054;
dc.subjectKegagalan Koordinasi Releen_US
dc.titleAnalisis Kegagalan Koordinasi Rele Arus Lebih (Over Current Relay) Terhadap Kontinuitas Sistem Distribusi Tenaga Listrik di GI Tanggul, Penyulang Sidomekar; Septyan Ashfaadien 061910201054en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record