Perempuan Tengger Dan Televisi: Menafsir Ulang Identitas
Abstract
Sejauh ini perempuan Tengger digambarkan sebagai sosok yang tangguh dan patuh pada tradisi dengan sepenuh hati. Namun, pada diri perempuan Tengger yang digambarkan sebagai sosok tangguh dan pengabdi tradisi semacam itu terdapat geliat yang menunjukkan tanda-tanda “ketidakcukupan” terhadap identitas tersebut sehubungan dengan hadirnya seperti televisi. Ada gejala perempuan Tengger sedang menafsir ulang identitasnya.
Secara khusus penelitian ini hendak mengkaji bagaimana pemaknaan perempuan Tengger terhadap hadirnya produk modernitas, terutama yang dihadirkan melalui televisi, sehubungan dengan identitasnya yang telah terbentuk melalui tradisi masyarakat Tengger. Penelitian ini mengeksplorasi makna dan memahami “nalar/pikiran” di balik sikap hidup sehari-hari perempuan Tengger (the informal logic of actual life).
Penelitian dilakukan di Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo, dengan pendekatan “deskripsi mendalam” (thick description). Data dikumpulkan dengan teknik observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Interpretasi data dilakukan untuk menyingkap makna atau nilai yang khusus/khas, sekaligus sebagai usaha refleksi.
Hasil penelitian menemukan bahwa gaya hidup modern yang diterima dan dipelajari terutama melalui televisi tidak sertamerta membuat perempuan Tengger menanggalkan identitasnya sebagai peremopuan yang tangguh dan taat tradisi. Gaya hidup perempuan Tengger sekarang adalah buah dialektika antara ladang dan televisi. Perempuan Tengger menonton bahkan cenderung menyukai acara-acara di televisi, baik yang bersifat informatif maupun hiburan. Televisi bukan hanya menghibur, sarana melepas lelah setelah menjalani perannya di dapur maupun ladang, melainkan juga sumber belajar menjadi modern. Perempuan Tengger mengenal barang konsumsi dan gaya hidup baru yang dianggap modern antara lain melalui televisi. Televisi telah mengonstruksi sebagian kebutuhan dan cara konsumsi mereka. Oleh karena itu, di samping aspek kebutuhan, perempuan Tengger telah pula mempertimbangkan aspek estetika (citra) terhadap barang yang dikonsumsi. Namun, ladang telah mengontrol pemaknaan terhadap konsumsi. Konsumsi tidak mengukuhkan status sosial. Konsumsi tidak mengubah etika padha-padha yang menjadi prinsip utama orang Tengger, sehingga atas dasar etika padha-padha itu pula mereka menjalani hidup sosial.
Kata kunci : perempuan Tengger, produk modernitas
Collections
- LRR-Hibah Fundamental [144]