dc.description.abstract | Lahan kering adalah lahan yang pemenuhan kebutuhan air tanaman tergantung
sepenuhnya kepada air hujan dan tidak pernah mengalami penggenangan air sepanjang
tahun. Beda pokok lahan kering dan lahan basah adalah cara penyediaan air untuk
pertumbuhan tanaman. Penanaman tebu di lahan kering memerlukan perhatian yang
lebih seksama mengingat masalah yang dijumpai di lahan ini, lebih banyak dibanding
lahan sawah. Kondisi krisis yang sering dijumpai di lahan kering, seperti miskin hara,
jumlah air terbatas, rawan erosi, gulma, dan hama.
Penelitian ini menggambarkan kondisi hidrogeologi bawah permukaan lahan
tebu tadah hujan dengan menggunakan metode geolistrik 1-Dimensi. Adanya gambaran
kondisi hidrogeologi bawah permukaan lahan tebu tadah hujan, diharapkan dapat
mengurangi permasalahan ketergantungan tanaman tebu lahan tadah hujan akibat
ketidakpastian musim, sehingga diharapkan pemanfaatan lahan dapat dilakukan secara
optimal.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012 di Desa Sumuran Kecamatan
Ajung Kabupaten Jember. Untuk pengambilan data diperlukan alat pengukur dan
peralatan pendukung sebagai berikut: Resistivitymeter. Global Positioning System
(GPS), 4 rol kabel panjang, elektroda, 1 rol meteran, sumber arus,. palu, handy talky,
pasak.
Gambaran lapisan bawah permukaan pada penelitian ini terbagi menjadi enam
lintasan dimana dari keenam lintasan tersebut didapatkan litologi batuan dan titik
akuifer bawah permukaan. Dari keenam lintasan yang telah diukur terdapat dua titik
akuifer pada setiap lintasannya dimana kedalaman paling dangkal terletak pada lintasan
1 (L1) dengan kedalaman 2,6 m dan kedalaman paling dalam terletak pada lintasan 3
(L3) dengan kedalaman 27,9 m. Dari hasil tersebut terlihat bahwa akuifer pertama
viii
terletak pada kedalaman antara 2,6 m – 27,9 m yang tersebar di enam lintasan daerah
penelitian. Sedangkan pada akuifer kedua kedalaman paling dangkal terletak pada
kedalaman 35,2 m yang terdapat di lintasan 6 (L6) dan kedalaman paling dalam terletak
di kedalaman 116 m yang terdapat di lintasan 3 (L3).
Ketebalan dari akuifer setiap lintasan juga berbeda, dimana titik akuifer paling
tebal berada pada lintasan 3 (L3). Titik akuifer pertama pada lintasan 3 (L3) memiliki
ketebalan 18,1 m lebih tebal dari lintasan lain yang telah diukur di daerah penelitian.
Titik akuifer kedua yang menjadi titik paling tebal juga berada di lintasan 3 (L3) dengan
ketebalan mencapai 40,3 m. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat permeabilitas lapisan
tanah, dimana jika permeabilitas besar maka besar pula ketebalan akuifer pada lapisan
tersebut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada lahan tebu tadah hujan di
Kecamatan Ajung Kabupaten Jember dengan menggunakan metode geolistrik 1Dimensi
didapatkan hasil letak dan ketebalan akuifer berdasarkan resistivitas batuan.
Berdasarkan pengolahan data resistivitas ini diperoleh gambaran litologi bawah
permukaan untuk masing-masing lintasan yang kemudian digabungkan untuk
menghasilkan gambaran kondisi hidrogeologi dimana sebaran akuifer dari seluruh
lintasan dapat terlihat. Sebaran akuifer yang memiliki potensi paling besar sebagai
sumber irigasi tanaman tebu tadah hujan terletak pada akuifer pertama yang tersebar di
keenam lintasan pada kedalaman 2,61 m – 27,9 m dengan ketebalan dari 5,66 – 18,1 m
dan merupakan jenis akuifer bebas. Titik paling berpotensi terletak pada lintasan 3 di
kedalaman 9,84 m – 27,9 m dengan ketebalan akuifer 18,1 m yang terdapat pada lapisan
pasir butir halus. | en_US |