dc.description.abstract | ASI adalah makanan terbaik untuk bayi yang nilainya tidak bisa digantikan
oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam menghasilkan
manusia yang berkualitas. Dengan bertambahnya usia bayi, bertambah pula
kebutuhan akan zat-zat gizi. Oleh karena itu mulai umur 6 bulan, selain ASI bayi
perlu diberi makanan lain. Makanan ini disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Namun, banyak orang tua yang tidak mengerti sehingga memberikan
makanan pendamping secara dini pada bayinya, apalagi mereka menganggap bayinya
dapat gemuk sehingga kelihatan sehat. Padahal, pemberian makanan pendamping
sebelum berusia 6 bulan akan mengakibatkan terjadinya kejadian diare akut serta bayi
merasa kenyang dan banyak tidur. Begitu juga kebutuhan ASI semakin hari akan
semakin berkurang, akibatnya produksi ASI juga berkurang dan dampaknya zat-zat
gizi yang seharusnya didapatkan oleh bayi akan berkurang juga, yang pada akhirnya
dapat menurunkan konsumsi ASI dan menyebabkan sebagian bayi mengalami
obesitas. Dari data yang diperoleh di Kabupaten Jember pada tahun 2006 didapatkan
angka penggunaan ASI eksklusif yaitu sebesar 45,84%, sedangkan di wilayah kerja
Puskesmas Banjar Sengon kecamatan Patrang sebesar 28,57%, dengan tingkat
kejadian diare adalah sebesar 11,30% pada tahun 2005.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian
makanan pendamping ASI dini dengan kejadian diare akut pada bayi usia 0-6 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sengon Kecamatan Patrang. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai masukan bagi Petugas Puskesmas
sehingga dapat menindaklanjuti hasil penelitian ini untuk memberikan penjelasan dan
dukungan pada ibu menyusui untuk lebih mengutamakan pemberian ASI pada
bayinya sampai usia 6 bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain
cross sectional, yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sengon
Kecamatan Patrang pada bulan oktober 2007. Sampel penelitian ini adalah bayi usia
7-24 bulan yang memenuhi kriteria sebagai sampel yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjar Sengon Kecamatan Patrang. Besar populasi yang diteliti sebanyak
70 bayi dengan menggunakan teknik Total Sampling. Dari 70 populasi yang diteliti,
yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian hanya 65 bayi, sedangkan 5 bayi
yang lain tidak memenuhi kriteria, hal ini karena bayi tersebut tidak mendapatkan
ASI dari ibunya. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode
analisis Contingency Coefficient dengan α<0,05. Pengolahan data menggunakan
program Statistical Package for the Social Sciences 10 (SPSS 10).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 70 bayi yang berusia 7-24 bulan, 65 bayi
(92,9%) mendapatkan ASI dari ibunya. Dari jumlah tersebut, 19 bayi (34,3%)
mendapatkan ASI Eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupanya sedangkan 46 bayi
(65,7%) mendapatkan makanan pendamping ASI dini. Dari 46 bayi yang
mendapatkan MP-ASI dini, 31 bayi (44,3%) menderita diare akut sedangkan 15 bayi
(21,4%) tidak menderita diare. Dari hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa
pemberian makanan pendamping ASI dini mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian diare akut pada bayi usia 0-6 bulan (
α<0,05). Berdasarkan nilai
resiko relatif sebesar 6,4 dengan nilai interval convidens 95% antara 1,7 sampai 24,1,
hal ini berarti pemberian MP-ASI dini benar-benar sebagai faktor resiko untuk
terjadinya kejadian diare akut pada bayi usia 0-6 bulan dengan validitas sebesar 95%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara
pemberian makanan pendamping ASI dini dengan kejadian diare akut pada bayi usia
0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Banjar Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten
Jember. | en_US |