Show simple item record

dc.contributor.authorHeny Masruroh
dc.date.accessioned2014-01-22T22:50:27Z
dc.date.available2014-01-22T22:50:27Z
dc.date.issued2014-01-22
dc.identifier.nimNIM041810301017
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/21378
dc.description.abstractAnalisis asam amino sebagai biomaterial penyusun protein dalam tubuh merupakan teknik kimia analitik yang banyak dipakai dalam biokimia dan bioteknologi. Salah satu detektor yang memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai detektor untuk analisis asam amino adalah detektor elektrokimia, diantaranya adalah potensiometri. Pengukuran di dalam potensiometri dapat terjadi karena adanya perbedaan muatan, reaksi redoks dan perubahan pH. Senyawa yang dapat menghasilkan ion H+ di dalam larutan dapat dideteksi secara potensiometri. Adanya ion H+ di dalam larutan dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH yang dapat dideteksi secara potensiometri. Asam amino di dalam larutan akan terionisasi menghasilkan ion H+, sehingga asam amino dapat dideteksi secara potensiometri. Salah satu elektroda yang dapat dikembangkan di dalam potensiometri adalah elektroda tungsten oksida. Tungsten oksida cukup responsif terhadap ion H+ sehingga tungsten oksida dapat dikembangkan untuk analisis asam amino. Chen et al, (1996) telah berhasil menggunakan elektroda tungsten oksida untuk mendeteksi asam karboksilat secara potensiometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan elektroda tungsten oksida dalam mendeteksi asam amino. Selain itu, juga untuk mengetahui pengaruh buffer dan untuk mengetahui karakteristik sensor yang meliputi linier range, limit deteksi, sensitivitas dan reprodusibilitas. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Secara umum penelitian ini dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama optimasi sensor yang meliputi optimasi jenis bufer, optimasi pH bufer dan optimasi konsentrasi komponen bufer. Tahap kedua adalah pengukuran respon asam amino dan tahap ketiga adalah karakterisasi sensor. Hasil penelitian ini memperoleh kondisi optimum untuk deteksi asam amino adalah pada bufer fosfat pH 6 dengan konsentrasi 0,5 x 10-3 M. Hasil karakterisasi sensor diperoleh koefisien korelasi 0,9864, limit deteksi 5,24 x 10-6 M, sensitivitas 16,1 mV/dekade dan reprodusibilitas 0-7 % untuk arginin. Asam glutamat memiliki koefisien korelasi 0,9789, limit deteksi 3,80 x 10-6 M, sensitivitas 9,1667 mV/dekade dan reprodusibilitas 0-6 %. Asam aspartat memiliki koefisien korelasi 0,9949, limit deteksi 7,76 x 10-6 M, sensitivitas 13,4 mV/dekade dan reprodusibilitas 0-5 %. Kemampuan elektroda tungsten oksida mendeteksi asam amino dalam kisaran mikro molar memungkinkan elektroda dapat dikembangkan sebagai elektroda dalam sistem FIA (flow injection analysis) dan HPLC (high performance liquid chromatography).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries041810301017;
dc.subjectSistem Batchen_US
dc.titleDeteksi Asam amino Secara Potensiometri Menggunakan Elektroda Tungsten Oksida Dalam Sistem Batch;en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record