dc.description.abstract | Hambatan utama dalam budidaya padi di Indonesia antara lain adalah
masalah serangan hama wereng coklat yang menyebabkan rendahnya produksi
padi hingga menyebabkan gagal panen. Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
merupakan jenis serangga yang berpotensi sebagai hama paling dominan
menyerang tanaman padi di Indonesia dan Asia. Wereng coklat termasuk famili
Delphacidae, ordo Homoptera. Wereng coklat banyak terdapat di Asia Selatan,
Asian Tenggara, Asia Timur. Biasanya menyerang tanaman padi dan menjadi
vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Hama wereng coklat menghisap
cairan sel tanaman dari pembuluh tapis pada batang padi muda atau bulir bulir biji
muda yang lunak.
Hingga saat ini petani masih mengandalkan insektisida sintetik untuk
mengatasi permasalahan akibat hama wereng coklat. Penggunaan insektisida
sintetik yang berlebihan dan kurang tepat dalam hal jenis, dosis, waktu dan alat
aplikasi dapat merugikan lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu
diperlukan teknik pengendalian lain secara terpadu baik menggunakan cara alami
seperti penggunaan atau penanaman varietas tahan
Varietas padi yang sering dibudidayakan oleh petani di Jember adalah
Sintanur, Cibogo, Ciherang, Inpari 13, Cigeulis, IR-64, dan IR-66. Diantara
varietas tersebut belum diidentifikasi ketahanan terhadap wereng coklat biotipe
tertentu yang menyerang tanaman padi di lapangan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui ketahanan varietas padi yang diujikan
terhadap wereng coklat.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo
Kabupaten Jember. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2011
sampai dengan Februari 2012. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas tujuh varietas padi yaitu: A = Sintanur, B = Cibogo, C = Ciherang, D = Inpari 13, E = Cigelius, F = IR 66 dan kontrol =
IR 64. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data hasil pengamatan akan
dianalisis varian (ANOVA) sedangkan untuk membedakan rata – rata antar
perlakuan dilakukan uji DMRT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan populasi hama wereng terdapat pada
varietas Sintanur 7,10 ekor, IR66 6,36 ekor, Ciherang 5,93 ekor, Cigeulis 5,86
ekor, IR64 5,14 ekor, Inpari 4,48 ekor dan Cibogo 3,71 ekor. Populasi terbanyak
pada semua varietas terjadi pada umur 24 - 31 hst. Intensitas serangan hingga
menjelang panen secara berurutan dari yang terkecil hingga yang terbesar adalah :
IR66 1,11 %, Cibogo dan IR64 3,7 %, Inpari 13 4,81 %, Ciherang mengalami
intensitas serangan sedang yakni 20,47 %, sedangkan Cigeulis 31,48 % dan
Sintanur 34,07 % intensitasnya lebih besar dibandingkan 5 varietas lainnya.
Jumlah anakan produktif berurutan dari yang tinggi yakni IR64 12,06 batang,
Cibogo 11,63 batang dan IR66 11,56 batang, selanjutnya Inpari 13 9,53 batang,
Cigeulis 6,83 batang dan Ciherang 6,66 batang tergolong sedang, dan Sintanur
6,40 batang tergolong sedikit. Berat gabah kering giling per plot yang terbesar
IR66 1475 g, selanjutnya IR64 1267 g, Cibogo 1217 g dan Inpari 13 833,33 g
tergolong sedang, sedangkan Cigeulis 483,33 g, Ciherang 425,00 g dan Sintanur
375 g tergolong kecil. Dengan demikian varietas paling tahan adalah IR 66,
sedangkan varietas Sintanur paling rentan terhadap serangan wereng coklat. IR
66, IR 64 dan Cibogo disarankan untuk ditanam guna mengantisipasi hama
wereng coklat, sedangkan varietas Sintanur dan Ciherang tidak disarankan karena
populasi hama, intensitas serangan, biji hampanya tertinggi, sedangkan jumlah
anakan dan berat biji kering gilingnya terendah. | en_US |