Show simple item record

dc.contributor.authorI Gusti Ngurah Dwi Oka Pradipta
dc.date.accessioned2013-12-02T02:25:48Z
dc.date.available2013-12-02T02:25:48Z
dc.date.issued2013-12-02
dc.identifier.nimNIM062010101001
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2080
dc.description.abstractPropolis adalah salah satu produk dari lebah yang merupakan suatu zat berupa getah yang dihasilkan oleh tunas-tunas daun dan juga bagian batang, yang merembes keluar melalui kulit tumbuhan yang dikumpulkan oleh lebah dan dicampur dengan lilin dan air liur lebah. Di dalam propolis terkandung berbagai zat yang dapat dimanfaatkan. Misalnya Caffeic acid Phenyl ester (CAPE) dan Flavonoid. CAPE dan Flavonoid (Quercetin) memiliki efek antiinflamasi yaitu dengan menghambat pelepasan asam arakhidonat dengan jalan memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase. Asam arakhidonat sendiri dibutuhkan untuk pembentukan prostaglandin dan leukotrin yang bertindak sebagai mediator setiap proses radang akut. Pada umumnya, radang akut ini ditandai dengan penimbunan PMN neutrofil dalam jumlah yang banyak. Dengan demikian, adanya hambatan pada pembentuukan prostaglandin dan leukotrin dapat menekan jumlah PMN neutrofil pada peradangan akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemberian ekstrak propolis pada proses penyembuhan luka terutama efek anti inflamasinya karena kandungan senyawa penting yaitu CAPE dan Flavonoid (Quercetin) yang terdapat di dalamnya. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Pada penelitian ini, digunakan 6 kelompok perlakuan dengan jumlah sampel lima ekor. Tiap kelompok hewan coba adalah tikus putih galur wistar jantan dengan kriteria yang telah ditentukan. Semua kelompok diberi luka sayat pada paha kanan sedalam 0,5 cm dan sepanjang 2 cm. 6 kelompok tersebut dibagi menjadi dua yaitu tiga kelompok kontrol yang diberi luka sayat tanpa diberi ekstrak propolis secara topikal sedangkan tiga kelompok lainnya adalah kelompok perlakuan yang diberi luka sayat dan diberi ekstrak propolis secara topikal sebanyak 2 kali sehari. Masing-masing kelompok kontrol dikorbankan pada hari ke 1, 3 dan 7. Hasil penelitian dianalisis dengan uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan 95%. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata jumlah PMN Neutrofil pada kelompok yang diberi ekstrak propolis secara topikal memiliki jumlah PMN Neutrofil yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberi ekstrak propolis. Hal ini berarti bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan jumlah PMN Neutrofil pasca perlukaan pada paha tikus. Jumlah PMN baik untuk kelompok kontrol dan perlakuan terdapat pada hari ke 3 dan mulai menurun pada hari ke 7 hal ini sesuai karena neutrofil merupakan sel radang akut, dan tahap keradangan akut dimulai saat terjadinya luka sampai hilangnya faktor yang memperlama keradangan yaitu berkisar antara 3-5 hari. Pada hari ke 7 terdapat penurunan jumlah PMN Neutrofil, hal ini disebabkan jumlah sel radang mulai berkurang dan neutrofil sebagian besar digantikan oleh makrofag. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi penurunan jumlah PMN Neutrofil pada sediaan histologi jaringan luka tikus putih galur wistar jantan setelah pemberian ekstark propolis topikal pasca perlukaan pada ekor tikus.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries062010101001;
dc.subjectPropolis, Migrasi, Topikalen_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP MIGRASI SEL POLIFORMONUKLEAR PADA LUKA SAYAT TIKUSen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record