Show simple item record

dc.contributor.authorKIKI NURUZZAKIYAH
dc.date.accessioned2014-01-22T02:45:36Z
dc.date.available2014-01-22T02:45:36Z
dc.date.issued2014-01-22
dc.identifier.nimNIM062210101051
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/20568
dc.description.abstractDiare masih menjadi masalah kesehatan yang penting di dunia dengan insiden yang tinggi baik di negara industri maupun berkembang. Menurut catatan Unicef, di Negara berkembang setiap detik satu balita meninggal karena diare. Sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (Survei Kesehatan Nasional) (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, penyebab kematian balita tertinggi terdapat pada tahun 1986 dengan proporsi sebesar 15,5% sedangkan pada tahun 1992 menurun menjadi 11% namun meningkat kembali pada tahun 1995 menjadi 13,9% dan pada tahun 2001 berdasarkan pada data Surkesnas diketahui bahwa proporsi diare mengalami penurunan sebesar 9,4%. Masyarakat sering menganggap diare sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Penggunaan tanaman obat atau bahan obat yang berasal dari alam akhir-akhir ini berkembang sangat pesat dan kembali diminati, terlebih dengan adanya isu back to nature. Hal ini terbukti dengan semakin dikembangkannya produk obat-obatan yang berasal dari bahan alam. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia memiliki banyak tanaman obat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit yang dideritanya, salah satu diantaranya adalah daun sambiloto (Andrographis paniculata) yang dapat kita manfaatkan sebagai obat diare. Sambiloto merupakan tanaman yang cukup banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mudah diperoleh sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan diare. Pada daun beluntas yang tua dan segar terdapat kandungan Flavonoid yang mempunyai aktivitas sebagai antidiare. Dimana, flavonoid memiliki kemampuan untuk menghambat motilitas intestinal dan sekresi air-elektrolit. Tanin yang berfungsi sebagai astringen dengan menciutkan permukaan usus atau zat yang bersifat proteksi terhadap mukosa usus. Serta zat pahit Andrograpolid yang berfungsi sebagai antidiare melawan E. coli yang menyebabkan diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiare ekstrak daun sambiloto dan perbandingannya pada beberapa dosis pada mencit jantan yang diinduksi minyak jarak. Uji aktivitas antidiare ekstrak daun sambiloto dilakukan dengan metode proteksi terhadap minyak jarak. Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak daun sambiloto dengan metode remaserasi menggunakan pelarut etanol 96% redestilasi. Loperamid HCl 1,3 mg/kg BB digunakan sebagai kontrol positif dan CMC Na 0,5% 0,2 ml digunakan sebagai kontrol negatif. Dosis ekstrak daun sambiloto yang digunakan adalah 250 mg/kg BB; 500 mg/kg BB; 1000 mg/kg BB; 2000 mg/kg BB. Semua dosis perlakuan diberikan secara oral. Satu jam setelah perlakuan, semua mencit diberi 0,5 ml minyak jarak secara oral kemudian diamati respon yang terjadi pada tiap 30 menit selama 5 jam. Berdasarkan hasil uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk bobot feses dan frekuensi terjadinya diare, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa terdapat salah satu atau lebih perlakuan yang memiliki perbedaan yang bermakna pada bobot feses dan frekuensi terjadinya diare antara bahan uji (ekstrak daun beluntas dengan dosis 250 mg/kg BB; 500 mg/kg BB; 1000 mg/kg BB; dan 2000 mg/kg BB) dengan loperamid HCl. Dari hasil uji LSD dapat diketahui bahwa ekstrak daun sambiloto dengan dosis 2000 mg/kg BB memiliki aktivitas antidiare yang relatif sama dengan loperamid HCl.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries062210101051;
dc.subjectEKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis Paniculataen_US
dc.titleUJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN SAMBILOTO (Andrographis Paniculata) PADA MENCIT JANTAN GALUR BALB-C YANG DIINDUKSI OLEUM RICINIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record