dc.description.abstract | Gingivektomi merupa
kan
suatu prosedur
perawat
an bedah
periodontal
dengan
jalan
menghilangkan
seluruh
dinding
mukosa
gingiva
pada
poket
(saku
gusi).
Tindakan
gingi
vektomi
menghasilkan
luka
pada
mukosa
gingiva.
Luka j
aringan
pada
mukosa
tersebut
menghasilkan
respons
peradangan
sebagai
proses
penyembuhan.
Gejala
ya
ng
terjadi
pada
proses
peradangan
adalah
peningkatan
sel
darah
putih,
hal
ini
berarti
juga
terjadi
peningkatan
limfosit
sebagai
pertahanan
tubuh.
L
imfosit
baru
aktif saat pemulihan memasuki peradangan kronis.
Obat
anti
peradangan
dibutuhkan
untuk
mengontrol
peradan
gan
yang
berlebihan
dengan
jalan
menghambat
jalur
siklooksigenase.
Salah
satu
tanaman
yang
dipercaya
memiliki
khasiat
obat
adalah
daun
belimbing
wuluh
(
Averrhoa
bilimbi
L.
).
Daun belimbing wuluh mengandung bahan aktif yaitu
flavonoid berperan
sebagai anti
peradangan.
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
efek
ekstrak
daun
belimbing
wuluh
terhadap
jumlah
limfosit
pada
tikus
W
istar
jantan
pasca
gingivektomi
dan
mengetahui
beda
jumlah
limfosit
antara
kelompok
yang
diberi
ekstrak
daun
belimbing
wuluh
konsentrasi
9%,
10,5%,
12%
pada
tikus
Wistar
jantan
pasca
gingi
ve
ktom
i.
Penelitian
menggunakan
rancangan
the
post
test
only
control
group design.
Tikus diadaptasikan
selama 1
minggu, lalu d
ibagi
menjadi 4 kelompok,
yaitu
kelompok
kontrol
(CMC
Na
1%),
kelompok
perlakuan
1
(ekstrak
daun
belimbing
wuluh
konsentrasi
9%),
kelompok
perlakuan
2
(ekstrak
daun
belimbing
wuluh konsentrasi 10,5%
), dan
kelompok perlakuan 3
(ekstrak daun
belimbin
g
wuluh
konsentrasi
12%).
Setiap
kelompok
dibagi
lagi
menjadi
2
subkelompok
(pengamatan
hari
ke3
dan
ke-7)
yang
masing-masing
terdiri
dari
4
ekor
tikus.
Tikus
dianastesi
vii
http://digilib.unej.ac.id/
http://digilib.unej.ac.id/
http://digilib.unej.ac.id/
http://digilib.unej.ac.id/
dengan
ketalar
dan
dilakukan
gingivektomi
pada
regio
anterior
rahang
bawah
dari
distal
insisive
kanan
sampai
distal
insisive
kiri
pada
permukaan
labial
dengan
jarak
vertikal
2
mm.
Pemberian
CMC
Na
1%
dan
ekstrak
daun
belimbing
wuluh
secara
sondase.
Pada
hari
ke-3
dan
ke-7
tikus
dikorbankan
dengan
inhalasi
ether
dan
dipotong
rahang
bawahnya
pada
regio
yang
telah
dilakukan
g
ingive
ktom
i.
Potongan
rahang
bawah
difiksasi
dengan
larutan
formalin
10%
dan
jaringan
dide
kalsifikasi
menggunakan
larutan
asam
format.
Selanjutnya
didehidrasi
menggunakan
alkohol
konsentrasi
bertingkat,
dan
embedded
menggunakan
paraffin.
Selanjutnya
dilakukan
pemotongan
jaringan
menggunakan
rotary
microtom
dengan
kete
balan
6
µm
;
hasil
potongan
ditempatkan
dalam
gelas
obyek
dan
dilakukan
pengecatan
HaematoxylinEosin
.
Penghitungan
limfosit
dilakukan
den
gan
mikroskop
monokuler
pada
pembesaran
1000x.
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
perbedaan
rata-rata
jumlah
limfosi
t
yang
signifikan
antara
hari
ke-3
dan
ke-7
pada
semua
kelompok,
yaitu
terjadi
penurunan
jumlah
limfosit,
ya
ng
diduga
disebabkan
karena
adanya
suatu
proses
peradangan fisiologis sebagai
proses pemulihan jari
ngan
s
eiring berjalannya hari, dari
hari
ke-3
sampai
hari
ke-7.
Namun
demikian,
rata-rata
jumlah
limfo
sit
antara
kelompok tidak
ada p
erbedaan
yang si
gnifikan baik
pada h
ari
ke-3 maupun
hari
ke-7.
Hal
itu
diduga
disebabk
an
konsentrasi
ekstrak
daun
belimbing
wuluh
terlalu
rendah
dan
interval
antar
konsentrasi
terlalu
kecil
sehingga
efek
dari
ekstrak
daun
belimbing
wuluh tidak ada.
Kesimpulan
penelitian
ini
adalah
ekstrak
daun
belimbing
wuluh
konsentrasi
9%,
10,5%,
dan
12%
tidak
memberi
efek
yang
signifikan
dalam
menurunkan
jumlah
limfosit
dan tidak ada beda antar konsentrasi. | en_US |