dc.description.abstract | Anxiety atau ansietas memiliki beberapa pengertian yang beragam. Jika
ditinjau dari aspek klinik, ansietas dapat merupakan keadaaan yang normal, sebagai
gejala penyakit lain, sebagai sindrom, atau sebagai gangguan yang dapat berdiri
sendiri. Dalam pengertian yang lain, ansietas adalah suatu gejala yang tidak
menyenangkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang
mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang
eksternal (Fracchione:2004).
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan. Keadaan ini
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa
ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, dan samar-samar, seringkali disertai oleh
gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan
gangguan lambung ringan. Di samping itu, kecemasan mempengaruhi berpikir,
persepsi, dan belajar (Kaplan, 2007: 579).
Berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan korelasi antara tingkat kecemasan
dengan prestasi mahasiswa kedokteran pada tahun pertama yang pada awalnya masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional (Andawismono, 2005). Kurikulum
konvensional hanya berdasarkan disiplin ilmu dan mengggunakan sistem pengajaran
yang terpusat pada dosen. Oleh karena itu, saat ini paradigma pembelajaran yang
konvensional mulai banyak digantikan oleh sistem pembelajaran yang disebut PBL
(Problem Based Learning). Metode ini dinilai efektif untuk diterapkan pada
pendidikan kedokteran, karena sesuai dengan tuntutan pendidikan yang cenderung mengarah pada analisa, identifikasi, dan menyelesaikan masalah pasien,
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menjadi aktif serta mandiri dalam
belajar (Kurniawan, dkk,2003). Adanya berbagai kelebihan metode PBL tidak
menutup kemungkinan bahwa mahasiswa akan mengalami kecemasan. Untuk
melihatnya, maka diperlukan suatu evaluasi yang dinyatakan dalam nilai ujian akhir
blok.
Penelitian adalah penelitian analitik cross sectional, dilakukan selama bulan
Juli 2008 di RK I Fakultas Kedokteran Universitas Jember, tepatnya tiga hari
sebelum ujian akhir blok. Sampel terdiri dari 68 orang yang kemudian dipilih secara
purposive sampling sesuai kriteria inklusi.
Subjek penelitian mengisi kuesioner dan
dilakukan wawancara oleh peneliti yang sesuai dengan kriteria HARS. Data diambil
dengan cara menghitung jumlah jawaban sampel. Data kecemasan yang telah didapat
kemudian diklasifikasikan berdasarkan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Analisis data yang digunakan adalah uji statistik Chi-square. Nilai Chisquare
sebesar 6,943 dengan signifikansi sebesar 0,008477 yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara nilai ujian blok enam terhadap tingkat kecemasan
responden. Sedangkan nilai risk ratio sebesar 4,681 yang artinya perbandingan antara
orang yang cemas dengan yang tidak cemas dalam menghadapi ujian yaitu sebesar
empat dibanding satu. Nilai odds rationya sebesar 7,610 yang artinya bahwa orang
yang cemas akan tujuh kali berisiko gagal ujian daripada yang tidak cemas
(Sugiyono: 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39 mahasiswa
berada pada level yang tidak cemas dengan persentase 82,97%, sedangkan cemas
ringan sebesar 8 orang dengan persentase 17,03%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kecemasan sebelum ujian akhir blok enam terhadap nilai ujian akhir blok enam
mahasiswa Fakultas Kedokeran Universitas Jember Angakatan 2007, dengan
presentase terbanyak pada level yang tidak cemas dan dengan kategori nilai ujian
akhir blok enam yang tidak gagal. | en_US |