Show simple item record

dc.contributor.authorDwi Rachmawati
dc.date.accessioned2014-01-21T03:23:19Z
dc.date.available2014-01-21T03:23:19Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nimNIM062210101049
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/19430
dc.description.abstractDiare merupakan salah satu permasalahan yang umum di bidang kesehatan dan sering terjadi baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan diare di Indonesia yang mencapai 15-43% tiap tahun dimana 60-80% diderita oleh balita. Masyarakat sering menganggap diare adalah penyakit ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya, padahal diantaranya ada yang dapat berkembang menjadi penyakit yang serius dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan serius. Pemanfaatan tanaman sebagai obat telah lama dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai macam penyakit. Salah satu usaha menemukan obat antidiare baru adalah melalui penelitian terhadap tanaman obat yang digunakan secara tradisional untuk mengobati diare. Berdasarkan data empiris diketahui banyak tanaman obat yang digunakan sebagai obat antidiare. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat antidiare adalah daun beluntas (Pluchea indica Less). Beluntas merupakan tanaman yang cukup banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mudah diperoleh sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan diare. Daun beluntas yang tua dan segar memiliki sifat sebagai astringen yang dapat digunakan untuk obat diare nonspesifik. Tanin merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung di dalam daun beluntas yang berfungsi sebagai astringen. Mekanisme tanin sebagai astringen adalah dengan menciutkan permukaan usus atau zat yang bersifat proteksi terhadap mukosa usus. Flavonoid memiliki kemampuan untuk menurunkan motilitas intestinal dan menghambat sekresi air-elektrolit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antidiare ekstrak daun beluntas dan perbandingannya pada beberapa dosis pada mencit jantan yang diinduksi minyak jarak. Uji efek antidiare ekstrak daun beluntas dilakukan dengan metode proteksi terhadap minyak jarak. Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak daun beluntas dengan metode remaserasi menggunakan pelarut etanol 96% redestilasi. Loperamid HCl 2 mg/kg BB digunakan sebagai kontrol positif dan CMC Na 1% 0,2 ml/20 g BB digunakan sebagai kontrol negatif. Dosis ekstrak daun beluntas yang digunakan adalah 50 mg/kg BB; 100 mg/kg BB; 200 mg/kg BB; 400 mg/kg BB. Semua dosis perlakuan diberikan secara oral. Satu jam setelah perlakuan, semua mencit diberi 0,5 ml minyak jarak secara oral kemudian diamati respon yang terjadi pada tiap 30 menit selama 4 jam. Berdasarkan hasil uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk bobot feses dan frekuensi terjadinya diare, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa terdapat salah satu atau lebih perlakuan yang memiliki perbedaan yang bermakna pada bobot feses dan frekuensi terjadinya diare antara bahan uji (ekstrak daun beluntas dengan dosis 50 mg/kg BB; 100 mg/kg BB; 200 mg/kg BB; dan 400 mg/kg BB) dengan loperamid HCl. Dari hasil uji LSD dapat diketahui bahwa ekstrak daun beluntas dengan dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB memiliki aktivitas antidiare yang setara dengan loperamid HCl. Selain uji Anova satu arah, dilakukan juga analisis probit untuk mengetahui nilai ED . Ekstrak daun beluntas terbukti memiliki aktivitas antidiare pada mencit putih jantan galur Balb-C yang diinduksi minyak jarak pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB dengan nilai ED 50 sebesar 141,421 mg/kg BB.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries062210101049;
dc.subjectUji Efek Antidiare Ekstrak Daun Beluntasen_US
dc.titleUJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) PADA MENCIT (Mus musculus) JANTAN GALUR BALB-Cen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record