dc.description.abstract | Diare merupakan salah satu permasalahan yang umum di bidang kesehatan
dan sering terjadi baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan diare di Indonesia yang
mencapai 15-43% tiap tahun dimana 60-80% diderita oleh balita. Masyarakat sering
menganggap diare adalah penyakit ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya,
padahal diantaranya ada yang dapat berkembang menjadi penyakit yang serius dan
dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan serius.
Pemanfaatan tanaman sebagai obat telah lama dipraktekkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai sarana perawatan kesehatan dan untuk menanggulangi berbagai
macam penyakit. Salah satu usaha menemukan obat antidiare baru adalah melalui
penelitian terhadap tanaman obat yang digunakan secara tradisional untuk mengobati
diare. Berdasarkan data empiris diketahui banyak tanaman obat yang digunakan
sebagai obat antidiare. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat
antidiare adalah daun beluntas (Pluchea indica Less). Beluntas merupakan tanaman
yang cukup banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan mudah diperoleh
sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan diare. Daun beluntas yang tua dan
segar memiliki sifat sebagai astringen yang dapat digunakan untuk obat diare
nonspesifik. Tanin merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung di dalam
daun beluntas yang berfungsi sebagai astringen. Mekanisme tanin sebagai astringen
adalah dengan menciutkan permukaan usus atau zat yang bersifat proteksi terhadap
mukosa usus. Flavonoid memiliki kemampuan untuk menurunkan motilitas intestinal
dan menghambat sekresi air-elektrolit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antidiare ekstrak daun beluntas dan perbandingannya pada beberapa dosis pada
mencit jantan yang diinduksi minyak jarak.
Uji efek antidiare ekstrak daun beluntas dilakukan dengan metode proteksi
terhadap minyak jarak. Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak daun
beluntas dengan metode remaserasi menggunakan pelarut etanol 96% redestilasi.
Loperamid HCl 2 mg/kg BB digunakan sebagai kontrol positif dan CMC Na 1% 0,2
ml/20 g BB digunakan sebagai kontrol negatif. Dosis ekstrak daun beluntas yang
digunakan adalah 50 mg/kg BB; 100 mg/kg BB; 200 mg/kg BB; 400 mg/kg BB.
Semua dosis perlakuan diberikan secara oral. Satu jam setelah perlakuan, semua
mencit diberi 0,5 ml minyak jarak secara oral kemudian diamati respon yang terjadi
pada tiap 30 menit selama 4 jam.
Berdasarkan hasil uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95% untuk
bobot feses dan frekuensi terjadinya diare, maka dapat dibuat kesimpulan bahwa
terdapat salah satu atau lebih perlakuan yang memiliki perbedaan yang bermakna
pada bobot feses dan frekuensi terjadinya diare antara bahan uji (ekstrak daun
beluntas dengan dosis 50 mg/kg BB; 100 mg/kg BB; 200 mg/kg BB; dan 400 mg/kg
BB) dengan loperamid HCl. Dari hasil uji LSD dapat diketahui bahwa ekstrak daun
beluntas dengan dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB memiliki aktivitas antidiare
yang setara dengan loperamid HCl. Selain uji Anova satu arah, dilakukan juga
analisis probit untuk mengetahui nilai ED
. Ekstrak daun beluntas terbukti memiliki
aktivitas antidiare pada mencit putih jantan galur Balb-C yang diinduksi minyak jarak
pada dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB dengan
nilai ED
50
sebesar 141,421 mg/kg BB. | en_US |