dc.description.abstract | Sensor telah lama menjadi bahan yang sangat menarik untuk diteliti,
perkembangan zaman mendorong manusia untuk meminimalkan dampak polusi
udara, ditunjukkan dengan banyaknya peneliti yang memfokuskan penelitiannya
untuk menciptakan alat yang mampu untuk mendeteksi gas polutan dalam konsentrasi
yang rendah. Peneliti lebih banyak memfokuskan untuk meneliti sifat semikonduktor
dari oksida logam, hal ini dikarenakan permukaan oksida logam mampu menyerap
gas yang menyebabkan adanya serah terima elektron pada permukaannya sehingga
merubah konduktansi serta resistensi dari bahan semikonduktor tersebut.
Tungsten oksida (WO
) merupakan oksida logam yang memiliki banyak
aplikasi diantaranya sebagai elctrochromic device, smart windows, optical windows
serta sebagai sensor gas. Metode sol-gel merupakan salah satu metode untuk sintesis
kristal WO
3
3
karena sederhana dan dapat mengontrol ukuran partikel kristalnya.
Metode sol-gel diawali proses pertukaran ion dari garam tungstat Na
yang
menjadi asam tungstat, kemudian proses hidrolisis dan kondensasi, dengan
menambahkan asam oksalat sebelum proses hidrolisis dan kondensasi diharapkan
mampu mengikat kuat tungsten sehingga pada temperatur yang tinggi tidak mudah
retak karena pelarut yang digunakan telah menguap. Waktu polimerisasi sangat
berpengaruh terhadap laju pembentukan kristal, semakin lama waktu polimerisasi
maka laju pembentukan kristal semakin lambat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bahan sensor WO
yang
disintesis dengan asam oksalat, mempelajari pengaruh variasi konsentrasi asam
oksalat serta waktu polimerisasi terhadap resistensi bahan sensor, dan mengetahui
pengaruh jarak elektroda terhadap resistensi bahan sensor WO3 dalam Penelitian dilaksanakan di laboratorium Instrumentasi Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember, menggunakan peralatan
hotplate yellow line, pengaduk magnetik, alat gelas, oven, furnace, buret, avometer,
dan komputer. Bahan yang dibutuhkan adalah Na
viii
2
WO
4
.2H
O, HCl Pa, HCl 2M, resin
penukar kation amberlitte, etanol 96%, dan C
2
H
2
O
4
2
. Penelitian diawali dengan
sintesis kristal WO
dengan penambahan asam oksalat variasi konsentrasi 0.02 M,
0.015 M, 0.01 M, dan 0.005 M dengan waktu polimerisasi 1, 2, dan 3 hari, kemudian
penempatan Kristal WO
3
3
ke permukaan plat Al
2
O
3
, aktivasi bahan sensor WO
dan
pengukuran resistensi kristal WO
terhadap etanol dengan variasi jarak elektroda 0.9
cm, 0.6 cm, dan 0.3 cm.
3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kristal WO
yang disintesis dengan
penambahan asam oksalat 0.005 M memiliki permukaan yang rata dan teratur. Waktu
polimerisasi berpengaruh terhadap ukuran partikel kristal. Waktu polimerisasi yang
lama menyebabkan ukuran partikel kristal yang terbentuk besar- besar dan dihasilkan
batas antar bulir kristal yang besar. Batas antar bulir yang besar menyebabkan nilai
resistensi yang terukur besar. Sintesis dengan waktu polimerisasi 1 hari dapat
digunakan sebagai bahan sensor untuk deteksi etanol karena perubahan nilai
resistensinya lebih stabil dengan kenaikan nilai resistensi yang linier bila
dibandingkan dengan waktu polimerisasi 2 hari, dan 3 hari. Perubahan nilai resistensi
yang stabil ditunjukkan pada saat pengukuran dengan menggunakan jarak elektroda
0.6 cm. Jarak elektroda yang besar menyatakan bahwa semakin besar luasan kristal
tempat terjadinya interaksi gas dengan permukaan kristal, karena adanya batas antar
3
bulir pada kristal menyebabkan pengukuran pada jarak yang besar nilai resistensinya
besar karena semakin banyak batas antar bulir dari kristal yang harus dilewati oleh
elektron dan keterbatasan dari pengamatan pada alat sehingga perubahannya tidak
teramati dengan jelas. Sensitivitas pengukuran ditunjukkan pada bahan sensor
polimerisasi 1 hari, repeatibilitas bahan sensor tidak bagus karena material kristalin
tidak bisa memberikan nilai resistensi yang sama karena setiap sintesis tidak mungkin
diperoleh kristal dengan struktur permukaan yang sama. | en_US |