Show simple item record

dc.contributor.authorMuhammad Taufiq Shidqi
dc.date.accessioned2013-11-30T04:43:26Z
dc.date.available2013-11-30T04:43:26Z
dc.date.issued2013-11-30
dc.identifier.nimNIM082010101073
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1907
dc.description.abstractKanker payudara merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga dari seluruh keganasan yang dijumpai pada wanita. Kanker payudara menempati insiden tertinggi dari seluruh jenis keganasan serta penyebab kematian kedua setelah kanker paru pada wanita. (Kamarlis,2009; Kumar et al,2007). Beberapa upaya pengobatan pada kanker masih memiliki kelemahan, sehingga hal tersebut mendorong para peneliti untuk mencari agen kemopreventif yang berasal dari alam sebagai salah satu kandidat yang berkhasiat antikanker dengan efek toksisitas sistemik yang rendah untuk meminimalisir terjadinya kegagalan terapi. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai agen kemopreventif kanker adalah tanaman kedelai (Glycine max L.). Dalam kedelai terdapat beberapa komponen yang dipercaya mempunyai sifat antikanker. Senyawa tersebut antara lain : inhibitor protease, phitat, saponin, phitosterol, asam lemak omega-3 dan isoflavon. Di antara antikanker tersebut, perhatian terbesar ditujukan kepada isoflavon (Koswara, 2006). Jenis senyawa isoflavon ini adalah genistein, diadzein, dan glicitein. Berdasarkan hal tersebut, kedelai berpotensi sebagai agen kemopreventif baru termasuk untuk kanker payudara, maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh sari kedelai terhadap jumlah apoptosis sel pada kanker payudara tikus Wistar putih (rattus norvegicus) yang diinduksi 7,12- dimetilbenz(a)antrasen (DMBA). Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories (Pratiknya, 2003) dengan desain Post Test Only Control Group Design. Pemilihan subjek penelitian untuk pengelompokan dan pemberian perlakuan dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) (Notoatmodjo, 2002) dengan 2 kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif (pur dan aquadest) dan kontrol positif (DMBA) serta 3 ix kelompok perlakuan, yaitu P1 (sari kedelai dosis 5 mg/hari), P2 (sari kedelai dosis 10 mg/hari), dan P3(sari kedelai dosis 20 mg/hari). Setiap kelompok perlakuan dilakukan pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan imunohistokimia dengan metode TUNEL pada mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali. Hasil dari pemeriksaan didapatkan rerata jumlah Apoptosis sel pada kanker payudara tikus masingmasing kelompok adalah K(-) = 24, K(+) = 15,6, P1 = 18,6, P2 = 27,4, P3 = 46,80. Berdasarkan penelitian ini sari kedelai (Glycine max L.) terbukti dapat meningkatkan apoptosis sel pada kanker payudara pada tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi DMBA dan didapatkan dosis optimal sari kedelai terhadap apoptosis sel pada kanker payudara sebesar 20 mg/hari.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101073;
dc.subjectSARI KEDELAI, KANKER PAYUDARAen_US
dc.titlePENGARUH SARI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP JUMLAH APOPTOSIS SEL PADA KANKER PAYUDARA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record