Show simple item record

dc.contributor.authorSuhairi
dc.date.accessioned2014-01-21T00:27:52Z
dc.date.available2014-01-21T00:27:52Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nimNIM010110201112
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/18938
dc.description.abstractBima menikah pada usia menjelang tiga puluh tahun. Pada waktu itu, ia telah mendapat pekerjaan sebagai seorang pengajar di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Ia menikah dengan seorang mantan mahasiswinya bernama Yati. Setelah dikaruniai seorang putri, mereka bercerai. Istri Bima berselingkuh dengan mantan pacarnya yang telah menduda dan memiliki hotel terkenal di Yogyakarta. Pada usianya yang ke empat puluh tahun, Bima menikah lagi dengan Setyawati. Ia sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia. Setelah kepergian istri keduanya, Bima meneruskan studinya di Jakarta, menempuh Program S-3 di Universitas Indonesia. Di universitas tersebut Bima berkenalan dengan Mega Larasati, yang selanjutnya disebut Mega, yang sakaligus dijadikan sebagai kekasihnya. Baru saja mereka memadu asmara, Bima meninggalkan Mega untuk mengadakan riset pustaka di Universitas Leiden, Belanda. Kepergian Bima ke Belanda membuat kedua insan itu bersedih. Namun, sebulan sebelum Bima berangkat ke Belanda, ia mengajak Mega ke Gunung Bromo, Tengger, Jawa Timur. Setelah hampir sehari-semalam di angkasa, akhirnya pesawat yang ditumpangi Bima mendarat di Bandara Schipol. Di Belanda, berbagai kegiatan dilakukan oleh Bima, di antaranya adalah belajar di perpustakaan KITLV dan mengajar bahasa Jawa pada Mahasiswa Fakultas Sastra. Di antara 40 mahasiswanya, ada seorang gadis Belanda yang sering memperhatikan Bima, namanya Mieke, bahkan, Mieke nekat menemui Bima setelah Bima selesai mengajar Bahasa Jawa. Bima mengatakan kepada Mieke secara blak-blakan bahwa dirinya seorang duda beranak satu. Setelah itu, Bima berusaha menghindar dari Mieke. Setelah Bima menghindar dari Mieke bukan berarti bebas dari perhatian perempuan. Bima bertemu dengan Molara. Ia perempuan agresif dan selalu mengajak Bima berjalan-jalan. Wajah Mega yang selalu terbayang tidak dapat membuat iman Bima goyah, apalagi sampai beberapa kali Mega mengirim surat untuk Bima. Setelah Bima berada di Belanda selama setahun, ia menerima surat dari putrinya, Banowati, yang menceritakan ibunya dengan ayah tirinya tidak harmonis. Apabila liburan, Banowati akan menyusul ayahnya, Bima, yang berada di Belanda. Banowati akan bersama ibunya, Yati. Hal itu membuat Mega cemburu. Mega khawatir Yati akan memperalat Banowati agar Bima mau rujuk dengan Yati, apalagi Banowati pernah membujuk agar Bima rujuk dengan Yati. Suatu siang, Bima menjemput Banowati dan Yati di Bandara Schipol. Di bandara tersebut Bima bertemu dengan Banowati dan Yati. Banowati dan Yati menginap di International House, yang tempatnya tidak jauh dari tempat tinggal Bima. Selama di Belanda, Bima menemani Banowati dengan Yati berjalanjalan mengelilingi kota. Sebagaimana rasa cemburu yang dialami oleh Mega, Yati berusaha memikat hati Bima. Yati ingin mengulang masa lalu bersama Bima. Akan tetapi, cinta Bima yang tulus akan dipersembahkan kepada Mega. Setelah Banowati dan Yati pulang dari Belanda, Bima melakukan aktivitas, yaitu belajar dan mengadakan riset. Pada tanggal 25 Agustus yang akan datang, ia akan memberikan kejutan kepada Mega sehubungan dengan hari ulang tahunnya. Bima ingin pulang ke Indonesia. Bima menyayangi Anne. Bahkan, teman-teman Bima dari Indonesia yang tinggal di Belanda menuduh Bima berpacaran dengan Anne. Mereka pernah pulang dari café setelah tengah malam. Kedekatan Bima dengan Anne karena tiga hal. Pertama, mereka memiliki kecocokan dalam banyak hal. Kedua, menurut Bima, Anne adalah pribadi yang cantik dan menarik. Ketiga, jarak tempat tinggal mereka relatif dekat sehingga pertemuan mereka dapat dilakukan sewaktu-waktu. Hati Bima “bercabang”. Cabang yang satu mengharap cinta Mega, dan cabang yang lain mengharap cinta Anne. Perasaan bersalah kepada Mega baru terasa ketika Bima menerima surat darinya. Seakan-akan Mega mengetahui sesuatu yang dilakukan oleh Bima di Belanda. Setelah bertemu dengan Anne, Bima pulang ke Indonesia. Bima ingin membuat kejutan kepada Mega. Ia akan memberitahu kepulangannya kepada Mega setelah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Bima terkejut setelah menelepon Mega, ia tidak berada di rumah. Menurut pembantunya, Mega berada di rumah sakit. Tiga hari sebelumnya, rumah Mega disatroni perampok yang mengambil barang-barang elektronik dan memperkosa Mega. Setelah pulang dari rumah sakit, Mega dibawa seorang aktivis LSM untuk merehabilitasi jiwa Mega. Tempatnya dirahasiakan untuk menghindar dari kejaran para wartawan. Bima hanya mengetahui keadaan Mega dari Sari, aktivis LSM tersebut. Sehubungan dengan izin cuti Bima yang hampir habis, Bima berniat pergi ke Yogyakarta dan menemui Banowati. Di Yogyakarta, Banowati merasa sangat senang bisa bertemu dengan ayah kandungnya. Bahkan, Bima mengajak Banowati dan Yati ke Tengger, Jawa Timur. Di tempat itu, mereka berjalan-jalan untuk menikmati indahnya suasana alami. Sekembali dari Bromo, Bima hanya bermalam di Yogya selama satu malam. Setelah itu, ia langsung ke Jakarta, ke rumah Mega. Namun, Mega masih belum pulang. Bima menitipkan pesan kepada Oom dan Tante Rio bahwa kepulangan Bima dari Belanda dalam rangka merayakan hari ulang tahun Mega. Setelah kembali ke Belanda, Bima kembali belajar dan mengadakan riset. Ia bekerja keras. Prof. Ben, dosen pembimbing Bima, sangat salut terhadap kerja keras Bima, tetapi Bima masih berkomunikasi dengan keluarga Mega dan menanyakan kabarnya. Informasi dari Oom dan Tante Rio membuat Bima yakin bahwa Mega akan tetap menerima Bima. Riset pustaka yang dikerjakan Bima hampir selesai. Berdasarkan saran Prof. Ben, Bima tidak boleh langsung menulisnya dalam bentuk disertasi, tetapi Bima harus mengecek ulang data yang telah terkumpul. Setelah berada di Indonesia, Bima menghadiri undangan makan malam keluarga Mega dan sekaligus menemui Mega. Bima merasa betul-betul bersalah karena telah mengkhianati Mega. Bima menghadap Prof. Kresna, promotornya, untuk memberitahu bahwa Bima akan tinggal di Tengger selama beberapa bulan. Bima mengagumi pemandangan kawasan Bromo yang kaya flora dan fauna dengan telaga yang indah serta air yang jernih. Selama riset itu, Bima tinggal bersama seorang dukun. Ketika Bima berada di Tengger, Mega menyusulnya. Bima hampir tidak percaya bahwa yang datang adalah Mega. Mereka saling melepas rindu. Mereka merasakan kebahagiaan setelah lama tidak bertemu.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries010110201112;
dc.subjectANALISIS HUMANIORAen_US
dc.titleANALISIS HUMANIORA TERHADAP NOVEL DUA HATI MENUJU MATAHARI KARYA AYU SUTARTOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record