Show simple item record

dc.contributor.authorAyu Yoniko Christi
dc.date.accessioned2013-11-30T02:51:01Z
dc.date.available2013-11-30T02:51:01Z
dc.date.issued2013-11-30
dc.identifier.nimNIM092010101001
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1863
dc.description.abstractDari 200 juta anak di bawah usia 5 tahun di negara-negara berkembang di dunia, lebih dari sepertiganya tidak terpenuhi potensinya untuk perkembangan (UNICEF, 2006). Di Indonesia sendiri, pada tahun 2003 Departemen Kesehatan RI melakukan skrining perkembangan di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan. Selain itu, di Jawa Barat hampir 30% anak mengalami keterlambatan perkembangan dan sekitar 80% diantaranya disebabkan oleh kurangnya stimulasi (Fadlyana, 2004). Pada pertumbuhan otak terdapat periode tertentu di mana terdapat kesempatan yang baik jika dimanfaatkan atau resiko yang besar jika periode ini terlewat begitu saja. Pada periode kritis ini bagian otak tertentu masih sedang dalam pertumbuhan yang intensif dan fleksibel, yang disebut juga “window of opportunity” atau “golden periods”. Dengan adanya konsep periode kritis ini menunjukkan bahwa awal kehidupan sangatlah penting dan sangat sulit untuk melakukan kompensasi apabila ada pengalaman yang hilang di awal perkembangan. Oleh karena itu rangsangan/ stimulasi pada periode ini sangat berguna agar potensi anak dapat berkembang (Soetjiningsih , 2008). Ibu sebagai pengasuh terdekat seorang anak harus mengetahui lebih banyak proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses itu (Pramusinta et al, 2003). Pengetahuan ibu tentang perkembangan anak sangatlah penting karena dapat mengarahkan ibu untuk lebih berinteraksi dengan anak sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada perkembangan anak. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak ix cenderung akan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk munculnya kemampuan anak (Tamis-LeMonda, et al, 2002). Perkembangan motorik adalah suatu proses belajar, kontrol dan reaksi hubungan otot. Pekembangan motorik meliputi dua hal yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Gerakan motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang melibatkan seluruh otot besar, sedangkan gerakan motorik halus merupakan gerakan otot-otot kecil. Pemantauan perkembangan motorik anak usia dua tahun pertama penting dilakukan dengan alasan: 1) manusia belajar dari motorik; 2) ada urutan perkembangan motorik yang alami; 3) banyak bidang akademik dan kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan pengalaman motorik (Pramusinta et al., 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan motorik anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Observasional Analitik, dengan rancangan Case Control Study melalui pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan kasus dan kontrol dalam penelitian ini adalah dengan cara non probability sampling dengan metode consecutive sampling. Anak usia 6 – 24 bulan diobservasi perkembangan motoriknya dengan menggunakan formulir KPSP, apabila anak tersebut diduga mengalami keterlemabtan perkembangan motorik maka digolongkan ke dalam kelompok kasus dan sebaliknya bila perkembangan motorik anak tersebut normal maka digolongkan ke dalam kelompok kontrol. Selanjutnya dari kedua kelompok tersebut ditelusuri secara retrospektif mengenai riwayat pengetahuan ibu tentang stimulasi dini, apakah tergolong kurang, cukup atau baik. Data tersebut kemudian dianalisis secara bivariabel dengan Uji Marginal Homogeneity dan Uji Conditional Regression Logistic dengan tingkat kemaknaan 95% ( p < 0,05). Pada penelitian ini didapatkan besar sampel sejumlah 259 responden dari 6 wilayah kerja Puskesmas, yakni Pustu Mrawan, Seputih, Tegalwaru, Mayang, Sidomukti dan Tegalrejo. Sampel tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan proses matching sehingga didapatkan dua data x berpasangan yang terdiri atas 71 kelompok kasus dan 71 kelompok kontrol. Anak yang tergolong kelompok kasus, didapatkan pengetahuan ibu tentang stimulasi dini 53,5% kurang, 39,4% cukup dan 7,0% baik. Sedangkan anak yang tergolong kelompok kontrol, didapatkan pengetahuan ibu tentang stimulasi dini 16,9% kurang, 35,2% sedang dan 47,9% baik. Berdasarkan hasil analisis bivariabel dengan uji statistik Marginal Homogeneity didapatkan nilai significancy (p=0,000), artinya adalah secara statistik pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan motorik memiliki hubungan yang bermakna. Sedangkan hasil analisis bivariabel dengan uji Conditional Regression Logistic didapatkan nilai significancy (p=0,000), artinya adalah secara statistik pengetahuan ibu tentang stimulasi sini mempunyai pengaruh yang bermakna dengan perkembangan motorik. Sementara itu dengan uji Conditional Regression Logistic juga didapatkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 4,950 yang menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi dini maka anak memiliki resiko sebesar 4,950 kali untuk mengalami dugaan keterlambatan perkembangan motorik. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan motorik anak. Kelompok anak dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang stimulasi dini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi dugaan keterlambatan perkembangan motorik dibandingkan dengan kelompok anak dengan pengetahuan ibu yang baik.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries092010101001;
dc.subjectSTIMULASI, PERKEMBANGAN MOTORIKen_US
dc.titleHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record