Show simple item record

dc.contributor.authorAfrian Danny Santoso
dc.date.accessioned2013-11-30T01:43:05Z
dc.date.available2013-11-30T01:43:05Z
dc.date.issued2013-11-30
dc.identifier.nimNIM092010101070
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/1847
dc.description.abstractMalaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi malaria. Salah satunya adalah dengan pembuatan vaksin. Salah satu vaksin yang sedang dikembangkan saat ini ialah Transmission Blocking Vaccine (TBV) yang dapat mencegah transmisi malaria dari vektor ke manusia. Salah satu pendekatan TBV adalah dengan menggunakan saliva vektor malaria sebagai kandidat vaksin. Saliva dari nyamuk Anopheles terbukti mengandung komponen vasomodulator dan imunomodulator untuk membantu proses blood feeding dan transmisi patogen termasuk Plasmodium ke dalam tubuh inang. Faktor vasomodulator berfungsi sebagai antihemostasis dengan menghambat vasokonstriksi, aktivitas agregasi platelet, dan kaskade hemostasis. Faktor imunomodulator berfungsi untuk menekan respon imun sehingga lebih menguntungkan bagi nyamuk untuk melakukan blood feeding, oleh karena itu secara tidak langsung juga membantu transmisi. Salah satu bentuk TBV yang dikembangkan adalah dengan cara mengembangkan anti-protein dalam saliva yang membantu proses transmisi patogen.Vaksin ini akan bekerja dengan menghambat proses fertilisasi gamet atau invasi di tubuh nyamuk dan mencegah perkembangan parasit dalam vektor sehingga mengganggu transmisi penyakit kepada individu berikutnya. Banyak penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia membahas mengenai kelenjar saliva nyamuk Anopheles sp., namun belum ada penelitian yang membahas tentang kelenjar saliva nyamuk Anopheles aconitus serta peranannya dalam transmisi patogen. Karena pentingnya komponen vasomodulator dan imunomodulator, maka eksplorasi komponen penyusun viii kelenjar saliva dua vektor penting malaria perlu dilakukan. Dalam penelitian ini digunakan 500 pasang kelenjar saliva nyamuk Anopheles aconitus betina dewasa, hasil isolasi di laboratorium Balai Besar Penelitian, Pengembangan Vektor, dan Reservoir Penyakit Penelitian (B2P2VRP). Sebagai perbandingan, digunakan pula kelenjar saliva nyamuk Anopheles sundaicus dan Aedes aegypti yang diperoleh dari rearing di laboratorium FMIPA Universitas Jember. Kelenjar saliva nyamuk diambil dengan metode microdissection, kemudian dilakukan ekstraksi protein. Protein hasil ekstraksi dianalisis dengan SDS-PAGE untuk mengetahui berat molekul protein penyusun kelenjar saliva. Hasil SDS-PAGE berupa pita-pita protein yang menunjukkan berat molekulnya dibandingkan dengan marker. Analisis SDS-PAGE protein dari kelenjar saliva Anopheles aconitus berhasil mengidentifikasi protein dengan berat molekul: ~72; 63; 46; 36; 30; dan 23 kDa. Tiga pita protein dengan kisaran berat yang sama, yaitu protein dengan berat molekul: ~63, 46, dan 36 kDa ditemukan juga pada Anopheles sundaicus dan Aedes aegypti sehingga diduga protein tersebut adalah protein spesifik arthropoda penghisap darah. Sementara itu, dua pita protein ditemukan hanya pada genus Anopheles, yaitu protein dengan berat molekul: ~72 dan 30 kDa mengindikasikan keberadaan protein spesifik genus Anopheles. Namun demikian untuk membuktikan potensi tersebut perlu analisis lebih lanjut dengan menggunakan spesies Anopheles lain.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries092010101070;
dc.subjectMalaria, Kelenjar salivaen_US
dc.titlePENGEMBANGAN TRANSMISSION BLOCKING VACCINE (TBV) TERHADAP MALARIA BERBASIS SALIVA VEKTOR: SPESIFISITAS PROFIL PROTEIN KELENJAR SALIVA VEKTORen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record