dc.description.abstract | Dalam penelitian “Relegiusitas Tokoh-Tokoh Cerita dalam Kumpulan Cerpen
Taubat Sang Nekrofilia karya Qaulan Syadiida”, dilakukan analisis struktural dan
pragmatik yang dikaji dari aspek relegius. Ada empat buah cerpen yang dikaji yaitu
(1) “Taubat Sang Nekrofilia“, (2) “Amigdala“, (3) “Kaca-Kaca Kashmir“, dan (4)
“Ada Cinta“. Analisis struktural meliputi judul, tema, penokohan dan perwatakan,
konflik, serta latar. Analisis pragmatik dalam hal ini relegiusitas tokoh-tokoh cerita
mencakup keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual,
keterlibatan eksperiential, dan keterlibatan konsekuential.
Judul cerpen “Taubat Sang Nekrofilia“ menunjuk pada tokoh utama. Judul
sesuai dengan isi cerita. Tema mayor yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah
“perbuatan seseorang yang dilakukan tanpa berpikir panjang mengakibatkan
penyesalan”. Tema mayor tersebut didukung oleh tema-tema minor yaitu: (1) Seorang
ibu tentu menyayangi dan mengasihi anaknya; dan (2) Penguasaan terhadap ayat-ayat
suci Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan dapat menyelamatkan jiwa seseorang. Tematema
minor
tersebut
mendukung
tema
mayor,
sehingga
terciptanya
kesatuan
tematis.
Tokoh
utamanya adalah Jiman yang berwatak bulat, sedangkan tokoh tambahan,
Mbok Carmi berwatak bulat dan Fauzan berwatak datar. Adanya tokoh-tokoh yang
berwatak bulat dan datar membuat cerita menjadi lebih hidup. Dalam cerpen tersebut
terdapat konflik eksternal dan konflik internal. Adanya konflik tersebut dapat
menciptakan ketegangan sehingga cerita menjadi hidup. Konflik tersebut ditunjang
oleh latar-latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan kehidupan,
dan latar sistem kehidupan. Keberadaan latar-latar tersebut membuat cerita terasa
jelas dan kongkrit.
Judul cerpen “Amigdala“ menunjuk pada objek yang dikemukakan dalam
cerita. Tema mayor yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah “usaha yang
dilakukan dengan sabar membuat hati semakin teguh”. Tema mayor tersebut
140
didukung oleh tema-tema minor yaitu: (1) gangguan pada saraf dapat membuat
seseorang berubah sifatnya; dan (2) kewibawaan seseorang dapat membuat
kekaguman bagi orang lain. Adanya tema-tema minor membuat cerita menjadi
kesatuan tematis. Tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah Nabila yang berwatak
bulat, sedangkan tokoh tambahan, Magda berwatak datar dan Profesor Daniel
berwatak bulat. Perbedaan watak bulat dan datar membuat cerita terasa lebih hidup.
Dalam cerpen tersebut terdapat konflik eksternal dan konflik internal. Adanya
konflik-konflik tersebut membuat cerita lebih hidup dan menarik. Konflik tersebut
ditunjang oleh latar-latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan
kehidupan, dan latar sistem kehidupan. Adanya latar-latar tersebut membuat cerita
terasa konkrit.
Judul cerpen “Kaca-Kaca Kashmir“ menunjuk pada objek yang dikemukakan
dalam cerita. Objek tersebut adalah Kashmir yang mengalami konflik. Tema mayor
yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah “kemantapan dalam menentukan pilihan
hidup membuat hati semakin teguh”. Tema mayor tersebut didukung oleh tema-tema
minor yaitu: (1) Seorang sahabat yang baik dapat menjadi panutan bagi sesama; dan
(2) keserakahan dapat merugikan orang lain. Adanya tema-tema mayor tersebut
membuat cerita menjadi kesatuan yang tematis. Tokoh utama dalam cerpen tersebut
adalah Vik yang berwatak bulat, sedangkan tokoh-tokoh tambahan, Abbas dan Gana
berwatak datar. Adanya perbedaan watak bulat dan datar membuat cerita menjadi
lebih hidup. Dalam cerpen tersebut terdapat konflik eksternal dan konflik internal.
Adanya konflik-konflik tersebut membuat cerita lebih dinamis. Konflik tersebut
ditunjang oleh latar-latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan
kehidupan, dan latar sistem kehidupan. Adanya latar-latar tersebut membuat cerita
mudah dipahami dan terasa kongkrit.
Judul cerpen “Ada Cinta“ dapat mengidentifikasi kejadian atau suasana cerita.
Tema mayor yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah “setiap manusia dapat
berubah jika dibimbing dengan penuh kasih sayang”. Tema mayor tersebut didukung
oleh tema-tema minor yaitu: (1) Setiap kakak memiliki kewajiban untuk menyayangi
141
adiknya; dan (2) Seorang nenek tentu menyayangi cucu-cucunya. Adanya tema-tema
minor yang mendukung tema mayor tersebut, sehingga tercipta kesatuan tematis.
Tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah Banu yang berwatak bulat, sedangkan
tokoh tambahan, Bagus dan Nenek berwatak bulat. Perubahan watak-watak dalam
cerita tersebut membuat cerita menjadi lebih hidup. Dalam cerpen tersebut terdapat
konflik eksternal dan konflik internal. Adanya konflik-konflik tersebut membuat
cerita semakin hidup dan menarik. Konflik tersebut ditunjang oleh latar-latar yaitu
latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan kehidupan, dan latar sistem
kehidupan. Adanya latar-latar tersebut membuat cerita semakin kongkrit, jelas dan
mudah dipahami, sehingga pembaca seolah-olah berada didalamnya.
Berdasarkan analisis struktural yang dilakukan pada empat cerpen dalam
kumpulan cerpen Taubat Sang Nekrofilia tersebut, dapat ditemukan adanya
keterkaitan antarunsur-unsur intrinsik sehingga terasa adanya kesatuan dan keutuhan
cerita. Keterkaitan tersebut bersumber pada perubahan sifat tokoh-tokoh utama yang
dipengaruhi oleh tokoh-tokoh tambahan dengan watak-watak berbeda dan
menimbulkan konflik dalam setiap cerpen sehingga membuat cerita terasa lebih
hidup.
Tokoh-tokoh utama dalam kumpulan cerpen Taubat Sang Nekrofilia memiliki
relegiusitas yang berbeda. Tokoh utama Jiman pada cerpen “Taubat Sang Nekrofilia“
memiliki tiga unsur relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan intelektual, dan
keterlibatan eksperiential. Hal tersebut membuktikan bahwa Jiman adalah tokoh yang
cukup relegius. Tokoh utama Nabila pada cerpen “Amigdala“ adalah tokoh yang
sangat relegius karena memiliki lima unsur relegius yaitu keterlibatan ritual,
keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, keterlibatan eksperiential, dan
keterlibatan konsekuential. Tokoh utama Vik pada cerpen “Kaca-Kaca Kashmir“
adalah tokoh yang sangat relegius karena memiliki lima unsur relegius yaitu
keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, keterlibatan
eksperiential, dan keterlibatan konsekuential. Selanjutnya, tokoh utama Banu pada
cerpen “Ada Cinta“ adalah tokoh yang relegius karena hanya memiliki empat unsur
142
relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, dan
keterlibatan eksperiential.
Dalam cerpen “Taubat Sang Nekrofilia“ terdapat tiga tokoh tambahan. Tokoh
Fauzan adalah tokoh yang relegius karena memiliki empat unsur relegius yaitu
keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, dan keterlibatan
konsekuential. Tokoh Mbok Carmi merupakan tokoh sangat tidak relegius karena
hanya memiliki satu unsur relegius yaitu keterlibatan ideologikal. Tokoh Darto
merupakan tokoh tidak relegius karena hanya memiliki dua unsur relegius yaitu
keterlibatan ritual dan keterlibatan konsekuential. Tokoh tambahan yang terdapat
dalam cerpen “Amigdala“ adalah Profesor Mohammad Daniel, tokoh yang tidak
relegius karena memiliki satu unsur relegiusitas yaitu keterlibatan ideologikal. Dalam
cerpen “Kaca-Kaca Kashmir“ terdapat dua tokoh tambahan yaitu Abbas dan Gana.
Tokoh Abbas adalah tokoh relegius karena memiliki empat unsur relegius yaitu
keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan eksperiential, dan
keterlibatan konsekuential. Tokoh Gana merupakan tokoh yang sangat tidak relegius
karena hanya memiliki satu unsur relegius yaitu keterlibatan ideologikal. Pada cerpen
“Ada Cinta“ tokoh Bagus memiliki empat unsur relegius yaitu keterlibatan ritual,
keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, dan keterlibatan konsekuential. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ia adalah tokoh relegius.
Dari analisis pragmatik tersebut membuktikan bahwa dalam kumpulan cerpen
Taubat Sang Nekrofilia tokoh-tokoh cerita memiliki relegiusitas yang berbeda. Tokoh
relegius dalam cerita dapat menjadi contoh dalam kehidupan masyarakat, terutama
bagi penikmat sastra. Untuk mendekatkan diri pada Tuhan perlu melakukan lima
keterlibatan yaitu ritual, ideologikal, intelektual, eksperiential, dan konsekuential
sebagai bentuk pembuktian diri sebagai orang relegius dan selalu dekat kepada
Tuhan. Hal tersebut dapat menambah pengalaman hidup dan kekayaan rohani
pembaca. | en_US |