Show simple item record

dc.contributor.authorSibro Muhlis
dc.date.accessioned2014-01-19T18:44:17Z
dc.date.available2014-01-19T18:44:17Z
dc.date.issued2014-01-19
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/17595
dc.description.abstractDalam penelitian “Relegiusitas Tokoh-Tokoh Cerita dalam Kumpulan Cerpen Taubat Sang Nekrofilia karya Qaulan Syadiida”, dilakukan analisis struktural dan pragmatik yang dikaji dari aspek relegius. Ada empat buah cerpen yang dikaji yaitu (1) “Taubat Sang Nekrofilia“, (2) “Amigdala“, (3) “Kaca-Kaca Kashmir“, dan (4) “Ada Cinta“. Analisis struktural meliputi judul, tema, penokohan dan perwatakan, konflik, serta latar. Analisis pragmatik dalam hal ini relegiusitas tokoh-tokoh cerita mencakup keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, keterlibatan eksperiential, dan keterlibatan konsekuential. Judul cerpen “Taubat Sang Nekrofilia“ menunjuk pada tokoh utama. Judul sesuai dengan isi cerita. Tema mayor yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah “perbuatan seseorang yang dilakukan tanpa berpikir panjang mengakibatkan penyesalan”. Tema mayor tersebut didukung oleh tema-tema minor yaitu: (1) Seorang ibu tentu menyayangi dan mengasihi anaknya; dan (2) Penguasaan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan dapat menyelamatkan jiwa seseorang. Tematema minor tersebut mendukung tema mayor, sehingga terciptanya kesatuan tematis. Tokoh utamanya adalah Jiman yang berwatak bulat, sedangkan tokoh tambahan, Mbok Carmi berwatak bulat dan Fauzan berwatak datar. Adanya tokoh-tokoh yang berwatak bulat dan datar membuat cerita menjadi lebih hidup. Dalam cerpen tersebut terdapat konflik eksternal dan konflik internal. Adanya konflik tersebut dapat menciptakan ketegangan sehingga cerita menjadi hidup. Konflik tersebut ditunjang oleh latar-latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan kehidupan, dan latar sistem kehidupan. Keberadaan latar-latar tersebut membuat cerita terasa jelas dan kongkrit. Judul cerpen “Amigdala“ menunjuk pada objek yang dikemukakan dalam cerita. Tema mayor yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah “usaha yang dilakukan dengan sabar membuat hati semakin teguh”. Tema mayor tersebut 140 didukung oleh tema-tema minor yaitu: (1) gangguan pada saraf dapat membuat seseorang berubah sifatnya; dan (2) kewibawaan seseorang dapat membuat kekaguman bagi orang lain. Adanya tema-tema minor membuat cerita menjadi kesatuan tematis. Tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah Nabila yang berwatak bulat, sedangkan tokoh tambahan, Magda berwatak datar dan Profesor Daniel berwatak bulat. Perbedaan watak bulat dan datar membuat cerita terasa lebih hidup. Dalam cerpen tersebut terdapat konflik eksternal dan konflik internal. Adanya konflik-konflik tersebut membuat cerita lebih hidup dan menarik. Konflik tersebut ditunjang oleh latar-latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan kehidupan, dan latar sistem kehidupan. Adanya latar-latar tersebut membuat cerita terasa konkrit. Judul cerpen “Kaca-Kaca Kashmir“ menunjuk pada objek yang dikemukakan dalam cerita. Objek tersebut adalah Kashmir yang mengalami konflik. Tema mayor yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah “kemantapan dalam menentukan pilihan hidup membuat hati semakin teguh”. Tema mayor tersebut didukung oleh tema-tema minor yaitu: (1) Seorang sahabat yang baik dapat menjadi panutan bagi sesama; dan (2) keserakahan dapat merugikan orang lain. Adanya tema-tema mayor tersebut membuat cerita menjadi kesatuan yang tematis. Tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah Vik yang berwatak bulat, sedangkan tokoh-tokoh tambahan, Abbas dan Gana berwatak datar. Adanya perbedaan watak bulat dan datar membuat cerita menjadi lebih hidup. Dalam cerpen tersebut terdapat konflik eksternal dan konflik internal. Adanya konflik-konflik tersebut membuat cerita lebih dinamis. Konflik tersebut ditunjang oleh latar-latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan kehidupan, dan latar sistem kehidupan. Adanya latar-latar tersebut membuat cerita mudah dipahami dan terasa kongkrit. Judul cerpen “Ada Cinta“ dapat mengidentifikasi kejadian atau suasana cerita. Tema mayor yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah “setiap manusia dapat berubah jika dibimbing dengan penuh kasih sayang”. Tema mayor tersebut didukung oleh tema-tema minor yaitu: (1) Setiap kakak memiliki kewajiban untuk menyayangi 141 adiknya; dan (2) Seorang nenek tentu menyayangi cucu-cucunya. Adanya tema-tema minor yang mendukung tema mayor tersebut, sehingga tercipta kesatuan tematis. Tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah Banu yang berwatak bulat, sedangkan tokoh tambahan, Bagus dan Nenek berwatak bulat. Perubahan watak-watak dalam cerita tersebut membuat cerita menjadi lebih hidup. Dalam cerpen tersebut terdapat konflik eksternal dan konflik internal. Adanya konflik-konflik tersebut membuat cerita semakin hidup dan menarik. Konflik tersebut ditunjang oleh latar-latar yaitu latar tempat, latar waktu, latar alat, latar lingkungan kehidupan, dan latar sistem kehidupan. Adanya latar-latar tersebut membuat cerita semakin kongkrit, jelas dan mudah dipahami, sehingga pembaca seolah-olah berada didalamnya. Berdasarkan analisis struktural yang dilakukan pada empat cerpen dalam kumpulan cerpen Taubat Sang Nekrofilia tersebut, dapat ditemukan adanya keterkaitan antarunsur-unsur intrinsik sehingga terasa adanya kesatuan dan keutuhan cerita. Keterkaitan tersebut bersumber pada perubahan sifat tokoh-tokoh utama yang dipengaruhi oleh tokoh-tokoh tambahan dengan watak-watak berbeda dan menimbulkan konflik dalam setiap cerpen sehingga membuat cerita terasa lebih hidup. Tokoh-tokoh utama dalam kumpulan cerpen Taubat Sang Nekrofilia memiliki relegiusitas yang berbeda. Tokoh utama Jiman pada cerpen “Taubat Sang Nekrofilia“ memiliki tiga unsur relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan intelektual, dan keterlibatan eksperiential. Hal tersebut membuktikan bahwa Jiman adalah tokoh yang cukup relegius. Tokoh utama Nabila pada cerpen “Amigdala“ adalah tokoh yang sangat relegius karena memiliki lima unsur relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, keterlibatan eksperiential, dan keterlibatan konsekuential. Tokoh utama Vik pada cerpen “Kaca-Kaca Kashmir“ adalah tokoh yang sangat relegius karena memiliki lima unsur relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, keterlibatan eksperiential, dan keterlibatan konsekuential. Selanjutnya, tokoh utama Banu pada cerpen “Ada Cinta“ adalah tokoh yang relegius karena hanya memiliki empat unsur 142 relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, dan keterlibatan eksperiential. Dalam cerpen “Taubat Sang Nekrofilia“ terdapat tiga tokoh tambahan. Tokoh Fauzan adalah tokoh yang relegius karena memiliki empat unsur relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, dan keterlibatan konsekuential. Tokoh Mbok Carmi merupakan tokoh sangat tidak relegius karena hanya memiliki satu unsur relegius yaitu keterlibatan ideologikal. Tokoh Darto merupakan tokoh tidak relegius karena hanya memiliki dua unsur relegius yaitu keterlibatan ritual dan keterlibatan konsekuential. Tokoh tambahan yang terdapat dalam cerpen “Amigdala“ adalah Profesor Mohammad Daniel, tokoh yang tidak relegius karena memiliki satu unsur relegiusitas yaitu keterlibatan ideologikal. Dalam cerpen “Kaca-Kaca Kashmir“ terdapat dua tokoh tambahan yaitu Abbas dan Gana. Tokoh Abbas adalah tokoh relegius karena memiliki empat unsur relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan eksperiential, dan keterlibatan konsekuential. Tokoh Gana merupakan tokoh yang sangat tidak relegius karena hanya memiliki satu unsur relegius yaitu keterlibatan ideologikal. Pada cerpen “Ada Cinta“ tokoh Bagus memiliki empat unsur relegius yaitu keterlibatan ritual, keterlibatan ideologikal, keterlibatan intelektual, dan keterlibatan konsekuential. Hal tersebut menunjukkan bahwa ia adalah tokoh relegius. Dari analisis pragmatik tersebut membuktikan bahwa dalam kumpulan cerpen Taubat Sang Nekrofilia tokoh-tokoh cerita memiliki relegiusitas yang berbeda. Tokoh relegius dalam cerita dapat menjadi contoh dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi penikmat sastra. Untuk mendekatkan diri pada Tuhan perlu melakukan lima keterlibatan yaitu ritual, ideologikal, intelektual, eksperiential, dan konsekuential sebagai bentuk pembuktian diri sebagai orang relegius dan selalu dekat kepada Tuhan. Hal tersebut dapat menambah pengalaman hidup dan kekayaan rohani pembaca.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries30110201083;
dc.subjectRelegiusitas Tokoh-Tokoh Cerita dalam Kumpulan Cerpenen_US
dc.titleRELEGIUSITAS TOKOH-TOKOH CERITA DALAM KUMPULAN CERPEN TAUBAT SANG NEKROFILIA KARYA QAULAN SYADIIDAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record