Show simple item record

dc.contributor.authorPutu Kristalina Witari
dc.date.accessioned2014-01-19T16:24:14Z
dc.date.available2014-01-19T16:24:14Z
dc.date.issued2014-01-19
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/17559
dc.description.abstractMalaria merupakan salah satu masalah kesehatan utama dunia dengan angka kematian yang terus meningkat setiap tahunnya dan di Indonesia telah menjadi Kejadian Luar Biasa. Upaya pemberantasan malaria sampai saat ini belum berhasil karena berkembangnya resistensi parasit terhadap obat malaria dan resistensi nyamuk terhadap insektisida. Oleh karena itu vaksin yang efektif merupakan terobosan penting dalam upaya penangulangan malaria. Kompleksitas hidup Plasmodium menjadi penyebab sulitnya penemuan vaksin yang efektif. Vaksin penghambat siklus pre-eritrositik dan siklus eritrositik yang dikembangkan belum memberikan hasil optimal sedangkan Transmission Blocking Vaccine (TBV) dinyatakan sebagai vaksin yang efektif digunakan di daerah endemis karena menghambat penyebaran mutan yang resisten terhadap komponen vaksin pada stadium aseksual atau terhadap obat-obat antimalaria. Perkembangan terbaru TBV saat ini yaitu TBV berbasis kelenjar saliva vektor. Telah diketahui bahwa paparan kelenjar saliva vektor malaria dapat menekan respon imun inang dengan menggeser respon imun inang ke arah Th 2 akibat adanya protein imunomodulator pada saliva vektor, namun paparan berulang saliva vektor ternyata dapat menggeser kembali respon imun ke arah Th 1 yang lebih menguntungkan inang dan ditandai dengan kenaikan kadar IFN-γ dan penurunan derajat parasitemia mencit BALB/c pasca infeksi Plasmodium yoelli. Setiap spesies nyamuk memiliki kemampuan yang berbeda dalam merangsang respon imun dan sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian pada spesies Anopheles maculatus yang merupakan vektor utama malaria di Pulau Jawa dan Sumatera. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari potensi kelenjar saliva vektor malaria Anopheles maculatus sebagai target potensial dalam pengembangan TBV. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil IFN-γ mencit galur BALB/c yang divaksinasi dengan “vaksin model” saliva dari kelenjar saliva nyamuk A. maculatus pra dan paska infeksi Plasmodium berghei. Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimental. Sampel yang digunakan adalah mencit BALB/c betina berumur 6-8 minggu sebanyak 45 ekor yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan tersebut masing-masing divaksinasi oleh vaksin ekstrak kelenjar saliva sediaan pellet dan supernatan serta vaksin kontrol sebanyak 3 kali (1 kali vaksinasi primer dan 2 kali booster) dengan interval 2 minggu. Adjuvan yang digunakan berupa Complete Freund’s (vaksinasi primer) dan Incomplete Freund’s (vaksinasi booster). Profil IFN-γ plasma darah hewan coba yang diambil beberapa kali (sebelum vaksinasi, satu minggu setelah vaksinasi primer dan booster I, satu hari sebelum dan sesudah infeksi Plasmodium berghei) diukur dengan metode Sandwich ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan profil IFN–γ setelah vaksinasi primer pada kelompok mencit pellet sedangkan pada kelompok mencit supernatan terjadi peningkatan profil IFN–γ setelah vaksinasi primer dan penurunan profil IFN–γ setelah vaksinasi booster II dibandingkan dengan sebelum vaksinasi. Setelah infeksi Plasmodium berghei, profil IFN-γ pada kelompok pellet lebih besar daripada kelompok kontrol. Hasil tersebut belum dapat menggambarkan pengaruh vaksinasi kelenjar saliva A. maculatus terhadap profil IFN–γ karena adanya beberapa sampel yang tidak dapat dianalisis akibat terjadi hemolisis.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseriesPutu Kristalina Witari;
dc.subjectInterferon Gamma Mencit Galur Balb/c yang Divaksinasi dengan Saliva Nyamuken_US
dc.titlePROFIL INTERFERON GAMMA MENCIT GALUR BALB/c YANG DIVAKSINASI DENGAN SALIVA NYAMUK Anopheles maculatus PRA DAN PASCA INFEKSI Plasmodium bergheien_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record