dc.description.abstract | Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajad kesehatan yang optimal dg dilakukan pemberian terapi thd suatu penyakit. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah suatu penyakit yg banyak diderita oleh anak-anak baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. Tingginya prevalensi ISPA serta dampak yg ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas dan peresapan antibiotika dg dosis yg berlebih. Dampak dr semua ini adalah meningkatnya resistensi bakteri maupun peningkatan efek samping yg tidak diinginkan.
Ketidaksesuaian dosis merupakan salah satu aspek yg menyebabkan medication error yg dapat dimulai dari proses peresapan obat oleh dokter / prescribing error. Hasil penelitian yg dilakukan oleh the USP center for the advancement of patient safety (USP CAPS) menunjukkan bahwa prescribing error banyak terjadi pada bayi baru lahir sampai berumur 16 tahun. Tercatat sebanyak 400.000 prescribing error terjadi pd th 2001-2003.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian penyakit ISPA dan jenis obat yg digunakan pd pasien rawat inap anak di RSD dr soebandi periode tahun 2008-2009 serta mengetahui berapa prosentase kesalahan pemberian dosis obat berlebih atau dosis kurang dan dosis tepat berdasarkan dosis lazim pada anak dengan penyakit ISPA.
Penelitian ini dilakukan di RSD Dr Soebandi Jember pd bulan mei sampai juni 2010. Penelitian dilakukan dg rancangan deskriptif menggunakan data rekam medik selama 1 januari 2008 – 31 desember 2009. Sampel adalah data rekam medik pasien rawat inap dg diagnosa ISPA. Pengambilan sample dilakukan dg metode total sampling yg berjumlah 33.
Hasil yg diperoleh dr penelitian ini antara lain : obat-obat yg diresepkan pd anak dg diagnosis ISPA pada pasien rawat inap RSD dr Soebandi terdiri dari golongan antibiotika (46%), golongan kortikosteroid (12%), golongan analgesic (42%), golongan antihistamin (8%), golongan bronkodilator (8%), golongan antitusif (19%), serta obat golongan lainnya (12%). Dari hasil perhitungan dosis didapatkan 57% obat yg diresepkan dosisnya tepat dan sebanyak 43% dosisnya tidak tepat. Besarnya prosentase dosis kurang sebesar 7% sedangkan prosentase dosis lebih besar 36% dari seluruh obat yg diresepkan.
Golongan antihistamin dan antibiotika merupakan obat yg diberikan dg tingkat ketepatan dosis paling tinggi. Dengan tingkat ketepatan yg tinggi, maka terapi yg diberikan kepada pasien akan menjadi lebih aman, selain itu juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinyaefek toksik akibat pemberian dosis yg berlebihan. Pada golongan obat antitusif dan analgesik menunjukkan angka ketidakpastian dosis yg tinggi, terutama dosis berlebih sebesar 100%. Dari seluruh hasil perhitungan diketahui bahwa angka ketidaktepatan dosis yg tinggi, terutama dosis berlebih sebesar 100%. Dari seluruh hasil perhitungan diketahui bahwa angka ketidaktepatan pemberian dosis berdasarkan dosis lazim pd obat-obatan yg digunakan dlm terapi ISPA menunjukkan angka yg bervariasi dg angka ketidaktepatan tertinggi pd golongan obat antitusif. | en_US |