dc.description.abstract | Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan baik pada pendidikan dasar maupun pendidikan
menengah, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Kesalahan dalam
menyelesaikan soal matematika dapat terjadi dalam proses pembelajaran di kelas.
Kesalahan siswa dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain: kesulitan
menggunakan konsep, kesulitan dalam memahami prinsip dan kesulitan
menyelesaikan soal. Kenyataan tersebut juga terjadi pada pembelajaran matematika
di SMPN 1 Sukowono. Kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran
matematika sering kali dituangkan dalam bentuk soal yang harus dikerjakan oleh
siswa. Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni
ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam pembelajaran matematika, siswa
seharusnya dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri
tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang dipelajari
melalui proses ilmiah. Hal ini diduga menyebabkan tingginya persentase kesalahan
dalam menyelesaikan soal matematika khususnya siswa kelas VII B SMP Negeri 1
Sukowono pada materi aritmatika sosial.
Pada penelitian ini diterapkan metode Inquiry dengan tujuan: (1)
mendeskripsikan penerapan metode Inquiry untuk mengurangi kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal, (2) mendeskripsikan aktivitas siswa pada saat penerapan metode
Inquiry, dan (3) mendeskripsikan penurunan kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal setelah penerapan metode Inquiry.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B di SMP Negeri 1
Sukowono. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian adalah observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan dan 1 kali tes di akhir siklus. Setiap siklus mengobservasi aktivitas guru,
aktivitas siswa, dan tes akhir siklus sebagai hasil untuk analisis data mengenai
kesalahan yang dilakukan siswa setelah pembelajaran. Siklus I dilaksanakan tanggal
19 September 2012 dan 21 September 2012, sedangkan Siklus II dilaksanakan
tanggal 26 September 2012 dan 28 September 2012.
Penerapan metode Inquiry terdiri dari 5 tahapan, yaitu kegiatan merumuskan
masalah, mengumpulkan data, menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, menyajikan
hasil pada teman sekelas/persentasi dan merumuskan kesimpulan. Pada pembelajaran
Siklus I, terdapat kendala ketika mencapai tahap merumuskan masalah. Guru masih
belum maksimal dalam mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil
sehingga berakibat siswa kebingungan pada saat akan berkumpul dengan anggota
kelompoknya. Pada pembelajaran Siklus II, penerapan pembelajaran inquiry tersebut
berjalan lancar.
Analisis hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa , hal
ini dapat diketahui berdasarkan persentase yang telah didapatkan. Analisis hasil
observasi juga menunjukkan adanya peningkatan untuk aktivitas guru.
Pada Siklus I persentase kesalahan siswa secara individual yang diperoleh
adalah 0 orang dalam kategori kecil, 9 orang dalam kategori sedang, 8 orang dalam
kategori tinggi dan 33 orang dalam kategori sangat tinggi, sedangkan pada Siklus II
persentase kesalahan siswa secara individual yang diperoleh adalah 31 orang dalam
kategori kecil, 6 orang dalam kategori sedang, 1 orang dalam kategori tinggi dan 2
orang dalam kategori sangat tinggi. Pada Siklus I persentase kesalahan siswa secara
klasikal yang diperoleh adalah KMB = 16,9%, KPT = 13,9%, KPD = 20,6%, KT =
25,8% dan KTA = 12,2%. Sedangkan pada Siklus II persentase kesalahan siswa
secara klasikal yang diperoleh adalah KMB = 0,94%, KPT = 0,31%, KPD = 1,72%,
KT = 5,31% dan KTA = 0,78%. | en_US |