dc.description.abstract | Berbagai permasalahan yang timbul silih berganti dapat menyebabkan
terjadinya ketegangan yang akhirnya berdampak pada terjadinya stres. Menurut
Medicopsycological Approach (MA), stres merupakan efek fisiologis terhadap
stimulus yang mengancam sehingga stres merupakan variabel tergantung, atau
dengan kata lain, stres adalah respon terhadap stresor. Beberapa peneliti juga
berpendapat bahwa sekitar 75%, tidak ada penyakit yang sama sekali bebas dari stres.
Gangguan kesehatan akibat stresor sampai sekarang masih sulit ditangani. Dewasa ini
sedang marak diteliti suatu bahan alamiah yang telah diketahui berkhasiat untuk
kesehatan, yaitu Virgin coconut oil (VCO) atau disebut juga white oil. Banyak
penelitian dilakukan untuk mengetahui manfaat VCO terhadap sistem imun.
Meskipun VCO telah banyak dikembangkan dan diteliti manfaatnya terhadap
kesehatan, tetapi sampai sekarang VCO belum terbukti dapat meningkatkan sistem
imun tubuh yang menurun pada kondisi stres. Oleh karena itu, penelitian tentang
pengaruh VCO dalam meningkatkan sistem imun pada kondisi stres perlu untuk
dilakukan. Menurut penelitian terdahulu, diketahui bahwa stresor dapat meningkatkan
laju endap darah (LED). Dari hal tersebut, peneliti ingin meneliti apakah VCO dapat
menurunkan laju endap darah yang meningkat pada kondisi stres. Tujuan penelitian
ini adalah membandingkan pengaruh pemberian Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap
nilai laju endap darah (LED) pada kelompok tikus yang diberi stresor rasa sakit
dengan kelompok yang hanya diberi stresor rasa sakit tanpa pemberian suplemen
penguat sistem imun.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitian Postest Only Control Group Design. Penelitian dilakukan dari
bulan April-Juni 2006. Besar sampel sebanyak delapan ekor tikus wistar jantan tiap
kelompok. Perlakuan yang diberikan pada tiap kelompok tikus yaitu kelompok I
(kontrol), kelompok II dengan dipapar stresor rasa sakit berupa electrical footshock,
dan kelompok III dengan diberi VCO dan dipapar stresor rasa sakit. Pengukuran
darah yang digunakan adalah LED dengan metode Westergren. Analisa data yang
dilakukan adalah uji normalitas dan homogenitas dengan (p>0,05). Untuk mengetahui
pengaruh tiap variabel dilakukan uji ANOVA One way dilanjutkan uji Beda LSD
(Least Significance Difference Test) dengan (p<0,05).
viii
Hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai LED untuk kelompok kontrol
adalah 2,13 dengan standar deviasi sebesar 0,64, untuk kelompok II didapatkan ratarata
nilai LED sebesar 3,25 dengan standar deviasi sebesar 0,89, dan kelompok III
rata-rata nilai LED adalah 0,63 dengan standar deviasi sebesar 0,52. Berdasarkan
hasil uji parametrik ANOVA One Way untuk pemeriksaan LED p=0,000 (p<0,05),
dalam hal ini terdapat pengaruh bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan. Berdasarkan hasil uji LSD didapatkan hasil bahwa perbedaan kelompok I
dengan kelompok II berbeda secara bermakna dengan p=0,004 (p<0,05). Sedangkan
perbedaan antara kelompok III dengan kelompok I maupun kelompok II didapatkan
perbedaan yang bermakna dengan p=0,000 (p<0,05).
Hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada nilai LED
antara kelompok I (kontrol), kelompok II yang dipapar stresor rasa sakit, dan
kelompok III yang diberi konsumsi VCO dan dipapar stresor rasa sakit. Nilai LED
pada kelompok I lebih rendah dibanding kelompok II dan lebih tinggi dibanding
kelompok III, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai LED pada kelompok ini
merupakan nilai LED yang normal. Secara normal, pengendapan sel-sel darah merah
terjadi secara perlahan-lahan karena dipengaruhi oleh gaya grafitasi dari massa sel-sel
darah merah yang dilawan oleh gaya berat dari volume sel-sel darah merah. Hal ini
menyebabkan laju pengendapan sel-sel darah merah yang normal pada dasar tabung
Westergren. Nilai LED tertinggi didapatkan pada kelompok II. Hal ini karena adanya
stresor yang dapat menurunkan sistem imun sehingga tubuh lebih rentan terhadap
infeksi. Hampir semua jenis stresor, baik yang bersifat fisik maupun neurogenik akan
menyebabkan peningkatan sekresi ACTH dalam waktu beberapa menit saja dan
berakibat pada meningkatnya sekresi glukokortikoid. Mekanisme aksi stresor dalam
mempengaruhi sistem imun dibedakan atas dua, yaitu pertama, hantaran sinyal oleh
stresor mengaktivasi sistem saraf simpatik dan kedua, hantaran sinyal dapat pula
terjadi melalui poros hipotalamus-hipofisis-adrenal (aksis Hipotalamus-PituitariAdrenal,
aksis HPA), aksis simpatik-adrenal medula (aksis SAM), dan aksis
hipotalamus-pituitari-ovarian. Pada kelompok III, yaitu kelompok yang diberi VCO
dan dipapar stresor rasa sakit didapatkan nilai LED yang terendah. VCO sebagai
imunomodulator mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga menekan
interleukin-interleukin yang merangsang sel-sel hati dan produksi fibrinogen dapat
ditekan. Berdasarkan kajian di atas, didapatkan kesimpulan bahwa Nilai laju endap
darah pada tikus wistar jantan yang diberi konsumsi Virgin Coconut Oil (VCO) dan
dipapar stresor rasa sakit lebih rendah dari kelompok yang hanya dipapar stresor. | en_US |