Show simple item record

dc.contributor.authorCORRY MARLINATA
dc.date.accessioned2014-01-18T03:17:11Z
dc.date.available2014-01-18T03:17:11Z
dc.date.issued2014-01-18
dc.identifier.nimNIM061610101054
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/16704
dc.description.abstractSuatu maloklusi biasanya ditimbulkan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan yaitu faktor umum dan faktor lokal. Faktor umum adalah faktor yang tidak berpengaruh langsung pada gigi. Salah satunya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang termasuk gigi dan mulutnya, perlu dukungan gizi yang cukup. Body Mass Indeks direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi. Bentuk skelet terdiri dari: tipe skelet ektomorfik, mesomorfik dan endomorfik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan status gizi dengan jarak intermolar pada dewasa usia 18-25 tahun dan besar hubungan status gizi dengan jarak intermolar pada dewasa usia 18-25 tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan gizi yang cukup untuk pertumbuhan lengkung gigi yang ideal. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah Observasional Analitik yang dilakukan di Klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan Laboratorium Piramida Jember pada bulan November 2009. Penelitian ini dilakukan pada 30 subyek dewasa berusia 18-25 tahun yang memenuhi kriteria. Model studi yang diukur pada model rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak horisontal antara M1 permanen kiri dengan M1 permanen kanan yang diukur dari jarak melintang lengkung antara ujung tonjol mesiobukal dari gigi molar. Data yang diperoleh dianalisa terlebih dahulu menggunakan uji normalitas dengan test Kolmogorov Smirnov dan homogenitas dengan Levene test. Selanjutnya data dianalisa dengan uji Korelasi Peasron dengan α=0,05. Koefisien korelasi yang didapatkan yaitu 0,542 untuk rahang atas dan 0,597 untuk rahang bawah. Koefisien korelasi menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara status gizi dengan jarak intermolar pada rahang atas dan rahang bawah dewasa usia 18-25 tahun. Hasil pengukuran rata-rata jarak intermolar baik rahang atas maupun rahang bawah pada skelet endomorfik didapatkan nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan skelet mesomorfik dan endomorfik. Sedangkan rata-rata jarak intermolar pada skelet ektomorfik diperoleh data rata-rata paling rendah. Hal ini dikarenakan pada tipe skelet endomorfik pertumbuhan tulangnya lebih cepat karena asupan nutrisi pada tipe ini berlebih dan pada tipe skelet ektomorfik mengalami keterlambatan pertumbuhan karena bentuk skelet ektomorfik cenderung kurang tercukupi kebutuhan nutrisinya. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tulang ini akan mempengaruhi keadaan lengkung rahang yang dapat dievaluasi dengan pengukuran secara tranversal yaitu pengukuran jarak intermolar. Defisiensi nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan gigi-geligi dan tulang rahang sehingga terbentuk tulang rahang yang relatif terlalu pendek. Ini berakibat tidak cukupnya tempat untuk deretan gigi-geligi yang normal sehingga dapat menyebabkan maloklusi. Kesimpulan yang didapat adalah ada hubungan antara status gizi dengan jarak intermolar pada dewasa usia 18-25 tahun. Hubungan antara status gizi dengan jarak intermolar termasuk dalam kategori kuat. Tipe skelet endomorfik memiliki jarak intermolar lebih lebar dibandingkan dengan tipe skelet mesomorfik dan tipe skelet ektomorfiken_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries061610101054;
dc.subjectGIZI DENGAN JARAK INTERMOLARen_US
dc.titleHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN JARAK INTERMOLAR PADA DEWASA USIA 18-25 TAHUNen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record