Show simple item record

dc.contributor.authorPutri Anggraeni Firdausyah
dc.date.accessioned2014-01-18T01:36:36Z
dc.date.available2014-01-18T01:36:36Z
dc.date.issued2014-01-18
dc.identifier.nimNIM052010101015
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/16577
dc.description.abstractInfertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 kali / minggu, tanpa memakai metoda pencegahan selama 1 tahun. Lakilaki sebagai penyebab infertilitas meningkat hingga mencapai angka lebih dari setengah pada semua kasus infertilitas. Saat ini terbukti bahwa Reactive Oxygen Species (ROS) memediasi kerusakan sperma yang memberikan kontribusi secara signifikan pada 30-80% kasus. Pengaruh radikal bebas pada sel-sel spermatogenik dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa komponen sel yakni membran sel, protein dan DNA. Salah satu bahan yang mempunyai kandungan antioksidan tinggi adalah propolis. Potensi antioksidan dari propolis diduga dapat memperbaiki kodisi infertilitas akibat radikal bebas, tetapi penelitian ilmiah yang membuktikan mekanisme tersebut belum dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa antioksidan propolis dapat mencegah penurunan jumlah sel spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatid. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris dan model rancangannya adalah posttest-only control group design. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2008. Besar sampel pada awal penelitian adalah 8 ekor tikus putih galur wistar tiap kelompok. Setelah diberi perlakuan selama 30 hari pemberian perlakuan berupa stresor fisik dan pemberian propolis pada tikus jantan. Pengamatan dilakukan terhadap jaringan testis tikus putih jantan yang diwarnai dengan PAS. Pada penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok perlakuan yaitu kelompok K1, K2, P1, dan P2. Kelompok K1 merupakan kelompok kontrol negatif, tanpa pemberian propolis. Kelompok K2 merupakan kelompok kontrol positif, dengan pemberian propolis. Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan negatif dimana tikus putih diberi stresor fisik tanpa pemberian propolis dan kelompok P2 merupakan kelompok kontrol positif dimana tikus putih diberi stresor fisik dengan pemberian propolis.kelompok perlakuan yaitu kelompok K1, K2, P1, dan P2. Kelompok K1 merupakan kelompok kontrol negatif, tanpa pemberian propolis. Kelompok K2 merupakan kelompok kontrol positif, dengan pemberian propolis. Kelompok P2 merupakan kelompok perlakuan negatif dimana tikus putih diberi stresor fisik tanpa pemberian propolis dan kelompok P2 merupakan kelompok kontrol positif dimana tikus putih diberi stresor fisik dengan pemberian propolis. Data yang didapatkan selanjutnya akan diuji dengan analisis ragam atau analysis of variance (Anova / Uji F) dan bila terdapat signifikasi yang bermakna diantara kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD) untuk mengetahui perbedaan pada tiap kelompok perlakuan (Dahlan, 2006).Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh, pemberian propolis pada kelompok K2 tampaknya tidak berpengaruh terhadap jumlah sel-sel spermatogenik tikus putih. Hal ini diketahui berdasarkan adanya perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok K1 dengan K2 (p>0,05). Perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah sel-sel spermatogenik antara kelompok P1 dan K1 (p=0,000) menunjukkan bahwa stres oksidatif berpengaruh terhadap penurunan jumlah sel-sel spermatogenik. Pengaruh propolis dalam mencegah infertilitas ditunjukkan dengan adanya perbedaan jumlah sel spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatid yang bermakna antara kelompok P2 dan P1 dengan nilai signifikasi (p)=0.000. Perbedaan jumlah sel spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatid yang tidak bermakna antara kelompok P2 dan K1 menunjukkan bahwa propolis mampu mempertahankan jumlah sel-sel spermatogenik pada tikus yang diberi stresor (P2) mendekati jumlah normal (K1). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan adanya stres fisik dapat mengakibatkan penurunan jumlah rata-rata sel spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatid (p<0,05). Pemberian antioksidan propolis dapat mencegah penurunan jumlah sel spermatogonium, spermatosit primer dan spermatid dengan cara menetralisir radikal bebas yang dihasilkan akibat stres fisik (p<0,05).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries052010101015;
dc.subjectSpermatogonium, Spermatosit Primer, dan Spermatid Tikusen_US
dc.titlePOTENSI ANTIOKSIDAN PROPOLIS DALAM MENCEGAH PENURUNAN JUMLAH SEL SPERMATOGONIUM, SPERMATOSIT PRIMER DAN SPERMATID TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIBERI STRES FISIKen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record