Show simple item record

dc.contributor.authorPutri Anandina
dc.date.accessioned2014-01-17T15:45:12Z
dc.date.available2014-01-17T15:45:12Z
dc.date.issued2014-01-17
dc.identifier.nimNIM061610101071
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/16465
dc.description.abstractSalah satu syarat utama dalam menentukan diagnosis dan perawatan ortopedi dentofasial adalah susunan gigi pada lengkung rahang. Lengkung gigi mempunyai hubungan yang erat dengan bentuk kepala. Di dalam perawatan ortodonsia lengkung gigi merupakan faktor utama untuk mencapai oklusi yang baik dalam lengkung yang harmonis berdasarkan peningkatan lebar lengkung gigi-geligi yang berhubungan dengan perkembangan gigi dan melibatkan prosesus alveolaris. Evaluasi lengkung gigi dalam arah transversal, dalam hal ini lebar interkaninus dan intermolar penting dilakukan selama perawatan. Pengaruh genetik sangat kuat pada perkembangan bentuk dan hubungan wajah serta rahang. Pada kembar monozigot, memiliki genotip dan fenotip yang sama karena berasal dari satu sel telur. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai jarak interkaninus dan intermolar pada orang kembar monozigot yang memiliki susunan genetik yang sama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya persamaan lebar interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah pada orang kembar monozigot, usia 18-25 tahun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jarak interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah pada orang kembar monozigot, usia 18-25 tahun dan dapat membantu dokter gigi dalam memperkirakan pelebaran dari lengkung gigi arah transversal saat melakukan perawatan ortodonsia pada pasangan kembar. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Observasional Analitik dengan metode cross sectional. Penelitian ini menggunakan 24 subyek (12 pasang kembar) usia 1825 tahun yang memenuhi kriteria. Dilakukan pencetakan pada rahang bawah, kemudian dicor sehingga didapatkan model studi. Pengukuran jarak interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah dilakukan pada model studi. Jarak interkaninus diukur antara puncak cusp gigi kaninus kanan dan kiri. Sedangkan jarak intermolar diukur antara cusp mesiobukal gigi molar pertama kanan dan kiri. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan uji perbedaan independent sample T-test dengan nilai signifikansi p>0.05, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov test dan uji homogenitas dengan Levene test. Hasil uji independent T-tes menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada jarak interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah antara kembar I dan kembar II pada 12 pasang kembar monozigot, dengan nilai probabilitas 0.72 (p>0.05) untuk jarak interkaninus dan 0.76 (p>0.05) untuk jarak intermolar. Pertumbuhan wajah dan rahang dikontrol oleh pengaruh genetik yang melekat dan luasnya faktor lingkungan dipercaya sebagai faktor yang berkontribusi pada perkembangan maloklusi yang mempengaruhi lengkung geligi. Kesimpulan yang didapat adalah terdapat persamaan jarak interkaninus dan intermolar permanen rahang bawah pada orang kembar monozigot. Dengan jarak interkaninus dan intermolar yang sama maka dokter gigi dapat membantu dalam menegakkan diagnosa serta dapat menentukan pelebaran dari lengkung gigi arah transversal saat melakukan perawatan ortodonsia pada pasangan kembar.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries061610101071;
dc.subjectJarak Interkaninus Dan Intermolar Permanen Rahang Bawahen_US
dc.titleARAK INTERKANINUS DAN INTERMOLAR PERMANEN RAHANG BAWAH PADA ORANG KEMBAR MONOZIGOT UNTUK MENUNJANG DIAGNOSA PERAWATAN ORTODONSIAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record