Show simple item record

dc.contributor.authorPrasetya Budi
dc.date.accessioned2014-01-17T06:07:59Z
dc.date.available2014-01-17T06:07:59Z
dc.date.issued2014-01-17
dc.identifier.nimNIM042210101035
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/16014
dc.description.abstractGizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Gizi buruk merupakan gejala yang terjadi dalam jangka panjang dan menimbulkan dampak jangka panjang pula. Malnutrisi atau gizi buruk yang disebabkan rendahnya konsumsi karbohidrat dan protein dalam makanan masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Kekurangan protein dalam makanan akan menimbulkan kekurangan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis protein. Berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya pembentukan albumin oleh hepar. Albumin merupakan jenis protein sederhana dalam plasma yang kadarnya mencapai 60%, dan juga berperan dalam pengikatan obat. Albumin mencakup semua protein yang larut dalam air bebas ion. Salah satu metode untuk mengatasi kekurangan asam amino adalah pemberian makanan yang mengandung protein tinggi. Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti, bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah kecil. Kedelai mempunyai kandungan protein sebesar 41,00%. Susu kedelai merupakan salah satu produk olahan dari kedelai yang mengandung protein tinggi. Dalam 100 g susu kedelai cair terkandung protein sebanyak 3,5 g. Mutu protein susu kedelai dalam bentuk makanan tunggal adalah 80% dari mutu protein susu sapi, namun belum diketahui aktivitas serta kandungan albumin didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas susu kedelai dalam meningkatkan kadar albumin serum tikus galur wistar hipoalbuminemia serta mengukur kadar albumin didalamnya. Ekstraksi albumin susu kedelai menggunakan TCA 10% dan pengaturan pH suspensi ekstrak pada pH 4,2. Penetapan kadar albumin menggunakan metode ninhidrin dan diperoleh kadar albumin susu kedelai sebesar 0,564%(b/v), atau sebesar 5,644 mg/mL dan kadar albumin kedelai sebesar 2,25%(b/b). Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur wistar dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok A diberi pakan basal 18% protein; kelompok B, C, D, dan E diberi pakan basal 5% protein selama 30 hari. Pada hari ke 31, kelompok A dan B diambil darahnya melalui ventrikel kiri jantung dan diukur kadar albuminnya. Sedangkan kelompok lainnya diberi susu kedelai per oral sebanyak 5 mL atau setara 28,22 mg albumin. Kelompok C selama 1 hari, kelompok D selama 3 hari, dan kelompok E selama 10 hari. Protein albumin yang diberikan secara per oral akan terdegradasi oleh asam lambung menjadi asam amino. Asam amino tersebut selanjutnya diserap oleh usus dan digunakan sebagai bahan baku sintesis albumin oleh hepar. Analisis data menggunakan uji anova satu arah dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji LSD. Dari hasil uji statistik didapatkan perbedaan yang signifikan antara kadar albumin kelompok A dengan kelompok B dan C, sedangkan kelompok D dan E memiliki kadar albumin yang berbeda signifikan dengan kelompok D dan E, dan tidak berbeda signifikan dengan kelompok A. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa susu kedelai mengandung albumin sebesar 0,564%(b/v), atau sebesar 5,644 mg/mL dan kadar albumin kedelai sebesar 2,25%(b/b). Pemberian susu kedelai sebanyak 5 mL selama 3 hari memberikan aktivitas yang signifikan dalam meningkatkan kadar albumin serum darah tikus hipoalbuminemia.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries042210101035;
dc.subjectSUSU KEDELAI (Glycine Max)en_US
dc.titleSTUDI AKTIVITAS SUSU KEDELAI (Glycine Max) DALAM MENINGKATKAN KADAR ALBUMIN PADA TIKUS GALUR WISTAR HIPOALBUMINEMIAen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record