Show simple item record

dc.contributor.authorHaqqi Prananda
dc.date.accessioned2014-01-16T06:19:00Z
dc.date.available2014-01-16T06:19:00Z
dc.date.issued2014-01-16
dc.identifier.nimNIM071910201039
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/15286
dc.description.abstractJamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia. Sejak permintaan jamur meningkat baik domestik dan ekspor dalam beberapa tahun ini, banyak petani beralih ke budidaya jamur. Jamur banyak digemari karena disamping rasanya yang enak juga mengandung nilai protein dan karbohidrat lebih tinggi serta kalori lebih rendah dibanding buah-buahan dan sayuran. Untuk membudidayakan jamur ini, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran karena harus mengatur suhu serta kelembaban yang sesuai dengan habitat jamur yang sebenarnya untuk memperoleh hasil yang maksimal dari pembudidayaan jamur tersebut. Untuk mempertahankan suhu dan kelembaban biasanya dilakukan secara manual. Cara tersebut kurang efektif dan efisien, karena dapat menyebabkan terjadinya pemborosan energi maupun waktu. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu sistem yang dapat menjaga suhu maupun kelembaban yang diinginkan serta dapat bekerja secara otomatis. Oleh karena itu, dengan menerapkan Fuzzy Logic Controller diharapkan dapat menjadi solusi sistem yang diinginkan Logika fuzzy merupakan suatu logika yang lebih dekat dengan cara berpikir manusia. Kalau pada himpunan crisp, nilai keanggotaan hanya ada 2 kemungkinan yaitu 0 dan 1. Pada nilai fuzzy, nilai keanggotaan terletak pada rentan 0-1. Logika fuzzy bekerja dengan mengubah variabel kontrol (panas dan dingin, cepat atau lambat) ke dalam tingkatan yang lebih halus (hangat atau sejuk, cukup cepat atau agak lambat) dengan derajat keanggotaan yang bervariasi. Berbeda dengan teori logika digital, dalam logika fuzzy, suatu kejadian tidak harus mutlak benar atau salah. ix Sebuah sistem logika fuzzy dapat mengurangi ketidakakuratan pada sistem klasik yang memiliki persyaratan keanggotaan yang membatasi nilai anggota-anggota himpunannya hanya pada satu sampai nol saja. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu pembuatan perangkat keras yang membantu kerja sistem, dan kemudian dilanjutkan dengan pembuatan perangkat lunak untuk mengendalikan aktuator dalam proses pengendalian suhu dan kelembaban pada kotak inkubasi jamur. Pembuatan perangkat keras dilakukan dengan membuat kotak inkubasi jamur. Kotak inkubasi jamur ini dibuat dengan tujuan sebagai suatu ruang tempat jamur pada saat menjalani masa inkubasi. Di dalam kotak inkubasi jamur ini diberikan piranti pengendali suhu dan kelembaban yang berfungsi untuk menyesuaikan suhu dan kelembaban yang sesuai saat jamur berada dalam masa inkubasi . Sedangkan pembuatan perangkat lunak dilakukan dengan beberapa tahapan. Antara lain tahap penentuan set point, penghitungan nilai error, fuzzifikasi suhu dan kelembaban, implementasi aturan fuzzy, proses defuzzifikasi, yang selanjutnya digunakan untuk menghidupkan piranti pengendali suhu dan kelembaban yang dipakai. Setelah pembuatan sistem dilakukan maka selanjutnya diadakan pengujian yang bertujuan mengukur seberapa efektif sistem dalam pengendalian suhu dan kelembaban yang diinginkan. Proses pengujian sistem dilakukan dalam dua keadaan yang berbeda, yaitu pada siang hari dan malam hari. Pada saat siang hari, sistem belum berjalan secara maksimal. Aktuator pengendali kelembaban sudah dapat menyesuaikan nilai kelembaban sesuai yang diinginkan, sedangkan aktuator pengendali suhu masih belum dapat mencapai nilai suhu yang diinginkan. sedangkan pada pengujian malam hari, sistem sudah dapat berjalan sesuai dengan keinginan. Aktuator pengendali suhu dan kelembaban sudah dapat menyesuaikan nilai yang diharapkan, meskipun tidak dapat mencapai set point namun nilai suhu masih dalam range suhu yang cocok untuk inkubasi jamur yaitu 28°C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem ini dapat berjalan dengan baik pada saat malam hari, sedangkan untuk siang hari aktuator pengendali suhu tidak dapat mencapai nilai range suhu yang x diinginkan. hal ini disebabkan karena nilai suhu lingkungan pada saat siang hari yang cenderung panas dan kemampuan aktuator suhu yang belum mampu memberikan pengaruh yang besar dalam proses penurunan suhu yang dilakukan. Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu pengambilan sampel baglog jamur yang dilakukan selama 12 hari. Sampel jamur digolongkan ke dalam 2 buah kelompok sampel, yaitu kelompok sampel A dan kelompok sampel B. Yang selanjutnya dilakukan perbandingan tingkat prosentase miselium dari kedua kelompok sampel yang dipakai yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari aktuator pengendali suhu dan kelembaban yang dipakai dalam alat yang digunakan. Dari penelitian selama 12 hari didapatkan hasil yaitu tingkat prosentase miselium baglog jamur kelompok A yang diletakkan dalam alat inkubator memiliki nilai prosentase 47% dan 52% dan kedua baglog dalam kelompok sampel A tidak ada yang terkontaminasi sehingga miselium dapat terus berkembang, sedangkan pada kelompok sampel B yang diletakkan dalam kotak tanpa adanya sistem pengatur suhu dan kelembaban didapatkan hasil nilai miselium dari baglog pada kelompok sampel B memiliki nilai prosentase 50% dan satu baglog jamur mengalami kerusakan karena terkontaminasi sehingga miselium tidak dapat lagi berkembang atau mati.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries071910201039;
dc.subjectMedia Tanam Jamuren_US
dc.titlePrototype Sistem Pengendalian Dan Monitoring Suhu Dan Kelembaban Pada Media Tanam Jamur Tiram Berbasis Logika Fuzzyen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record