Show simple item record

dc.contributor.authorASI SUCI RAMADHANI
dc.date.accessioned2014-01-14T16:49:39Z
dc.date.available2014-01-14T16:49:39Z
dc.date.issued2014-01-14
dc.identifier.nimNIM011610101084
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/14326
dc.description.abstractStres merupakan bagian dari kehidupan yang dapat disebabkan oleh peristiwa- peristiwa dan ketegangan pada kehidupan sehari-hari. Stres mempunyai pengaruh yang sangat luas dan dapat menyebabkan gangguan diseluruh tubuh termasuk rongga mulut. Kondisi tubuh yang lemah akan mudah terkena infeksi, oleh karena itu epitel sebagai barier pertahanan pertama dan sel neutrofil yang merupakan fagosit utama dalam sistem imun, keberadaannya mutlak diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian stresor rasa sakit terhadap ketebalan epitel dan jumlah sel neutrofil pada tikus Wistar jantan yang dipapar bakteri Escherichia coli. Manfaat penelitian adalah memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh stresor rasa sakit dengan pemaparan bakteri Escherichia coli terhadap ketebalan epitel gingiva dan jumlah sel neutrofil, dan dapat digunakan dalam aplikasi klinis untuk menangani pasien dengan kondisi stres terhadap respon tubuh melawan penyakit. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2005 pada tikus Wistar dengan jenis kelamin jantan. Populasi sampel terdiri dari 24 ekor yang dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu kelompok tanpa pemaparan stresor rasa sakit maupun bakteri Escherichia coli sebagai kelompok kontrol negatif (-), kelompok yang hanya diberi paparan bakteri Escherichia coli sebagai kelompok kontrol positif (+) dan kelompok yang dilakukan pemberian stresor rasa sakit dan pemaparan bakteri Escherichia coli sebagai kelompok perlakuan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan uji One Way Anova dan uji Tukey HSD. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada ketebalan epitel dan jumlah sel neutrofil pada masing-masing perlakuan dengan nilai signifikan 0,000 (P< 0,05) setelah diuji dengan One Way Anova. Pada Tukey HSD juga menunjukkan perbedaan yang bermakna (P< 0,05) pada semua kelompok. Stres dapat meningkatkan kadar kortisol dan menurunkan sitokin. Apabila jumlah sitokin menurun maka homeostasis sel epitel menurun, sehingga kemampuan sel epitel membentuk sel baru melalui proses mitosis dan proliferasi sel akan terganggu. Peningkatan kortikosteroid dapat mengkatabolisme protein sehingga terjadi penyusutan sel-sel penyusun jaringan sehingga sel-sel epitel kehilangan perlekatannya pada lamina basal. Peningkatan kortisol akan mempengaruhi respon imun dengan menurunkan respon kemotaktik dan fagositik PMN, sehingga terjadi penurunan jumlah neutrofil.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries011610101084;
dc.subjectSel Neutrofil,Escherichia colien_US
dc.titlePENGARUH STRESOR RASA SAKIT TERHADAP KETEBALAN EPITEL GINGIVA DAN JUMLAH SEL NEUTROFIL PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR BAKTERI ESCHERICHIA COLIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record