Show simple item record

dc.contributor.authorErni Kartikasari
dc.date.accessioned2014-01-14T02:09:15Z
dc.date.available2014-01-14T02:09:15Z
dc.date.issued2014-01-14
dc.identifier.nimNIM081610101073
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/14271
dc.description.abstractKaries gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Jajanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Jajanan umumnya mengandung karbohidrat terutama sukrosa yang merupakan salah satu penyebab terjadinya karies (kariogenik). Anak-anak senang mengonsumsi makanan-makanan yang bersifat kariogenik. Seorang anak memasuki awal dari fase gigi geligi tetap pada usia 10-12 tahun sehingga perawatan gigi pada usia ini sangat penting. Hal ini menyebabkan pentingnya memilih makanan yang tepat untuk dikonsumsi dan berusaha menghindari konsumsi makanan kariogenik yang berlebihan oleh seorang anak pada usia tersebut. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa anak yang mengonsumsi jajanan kariogenik memiliki skor karies yang lebih tinggi dibandingkan anak yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik, seperti sayur dan buah-buahan. Beberapa jenis buah-buahan dapat tumbuh subur di segala musim seperti buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.) dan buah pepaya (Carica papaya L.). Berdasarkan penelitian sebelumnya, buah belimbing manis mengandung zat epikatekin yang diduga memiliki daya antibakteri. Sedangkan salah satu kandungan gizi buah pepaya adalah β-karoten yang diduga pula sebagai zat yang dapat membersihkan gigi. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental klinis dengan rancangan eksperimental Pre and Post Test Only Control Group Design. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 15 orang anak berusia 10-12 tahun. Kelima belas orang tersebut diberi 2 kali perlakuan yaitu mengkonsumsi buah belimbing vii manis dan mengkonsumsi buah pepaya. Tiap perlakuan dilakukan pada hari yang berbeda. Satu minggu sebelum penelitian subyek diskaling dan pada hari penelitian subyek diinstruksikan menyikat gigi dengan teknik Bass serta tidak makan dan minum selama 1 jam sebelum penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk menghomogenkan kondisi rongga mulut sebelum dilakukan penelitian dan untuk menghindari efek lain yang disebabkan oleh plak dan sisa makanan ataupun minuman. Data yang didapatkan dari masing-masing kelompok perlakuan di analisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas Levene Test, dilanjutkan dengan uji Anova One Way, kemudian uji beda LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah koloni Streptococcus sp. yang signifikan antara sebelum subyek diberi perlakuan (kontrol) dan setelah mengkonsumsi buah belimbing manis. Perbedaan yang signifikan ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,000 (p<0,05). Hal ini disebabkan karena buah belimbing manis mengandung senyawa epikatekin, flavonoid, tanin, alkaloid, dan, saponin,dengan jumlah senyawa terbesar yaitu flavonoid. Kandungan senyawasenyawa ini menjadikan buah belimbing manis efektif digunakan sebagai buah berdaya antibakteri. Dari hasil penelitian dapat diketahui pula terjadi peningkatan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. antara sebelum subyek diberi perlakuan (kontrol) dan setelah mengkonsumsi buah pepaya, serta antara setelah mengkonsumsi buah belimbing manis dan buah pepaya. Perbedaan ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,000 (p<0,05). Peningkatan ini disebabkan karena pepaya mengandung sukrosa dan daging buah pepaya matang tidak mengandung senyawa kimia yang berfungsi sebagai antibakteri. Senyawa kimia antibakteri pada pepaya hanya ditemukan pada bagian daging buah muda, daun, batang dan biji pepaya. Buah pepaya diduga lebih efektif digunakan sebagai buah yang dapat membersihkan gigi karena kandungan β-karoten, vitamin C yang tinggi, dan enzim papain. iv SKRIPSI PENGARUH MENGKONSUMSI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus sp. DALAM SALIVA ANAK USIA 10 – 12 TAHUN v Oleh: Erni Kartikasari 081610101073 Pembimbing: Dosen Pembimbing Utama : drg. Dyah Setyorini, M.Kes Dosen Pembimbing Anggota : drg. Sulistiyani, M.Kes PENGESAHAN Skripsi berjudul Pengaruh Mengkonsumsi Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) dan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Jumlah Koloni Streptococcus sp. dalam Saliva Anak Usia 10 – 12 Tahun telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada: hari : Kamis tanggal : 2 Februari 2012 tempat : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Tim Penguji vi Ketua, drg. Dyah Setyorini, M.Kes NIP 196604012000032001 Anggota I, Anggota II, drg. Sulistiyani, M.Kes drg. Niken Probosari, M.Kes NIP 196601311996012001 NIP 196702201999032001 Mengesahkan Dekan, drg. Hj. Herniyati, M.Kes NIP 195909061985032001 RINGKASAN Pengaruh Mengkonsumsi Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L.) dan Buah Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Jumlah Koloni Streptococcus sp. dalam Saliva Anak Usia 10 – 12 Tahun ; Erni Kartikasari, 081610101073: 2012: 57 halaman: Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember. Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Jajanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Jajanan umumnya mengandung karbohidrat terutama sukrosa yang merupakan salah satu penyebab terjadinya karies (kariogenik). Anak-anak senang mengonsumsi makanan-makanan yang bersifat kariogenik. Seorang anak memasuki awal dari fase gigi geligi tetap pada usia 10-12 tahun sehingga perawatan gigi pada usia ini sangat penting. Hal ini menyebabkan pentingnya memilih makanan yang tepat untuk dikonsumsi dan berusaha menghindari konsumsi makanan kariogenik yang berlebihan oleh seorang anak pada usia tersebut. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa anak yang mengonsumsi jajanan kariogenik memiliki skor karies yang lebih tinggi dibandingkan anak yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik, seperti sayur dan buah-buahan. Beberapa jenis buah-buahan dapat tumbuh subur di segala musim seperti buah belimbing manis (Averrhoa carambola L.) dan buah pepaya (Carica papaya L.). Berdasarkan penelitian sebelumnya, buah belimbing manis mengandung zat epikatekin yang diduga memiliki daya antibakteri. Sedangkan salah satu kandungan gizi buah pepaya adalah β-karoten yang diduga pula sebagai zat yang dapat membersihkan gigi. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental klinis dengan rancangan eksperimental Pre and Post Test Only Control Group Design. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 15 orang anak berusia 10-12 tahun. Kelima belas orang tersebut diberi 2 kali perlakuan yaitu mengkonsumsi buah belimbing vii manis dan mengkonsumsi buah pepaya. Tiap perlakuan dilakukan pada hari yang berbeda. Satu minggu sebelum penelitian subyek diskaling dan pada hari penelitian subyek diinstruksikan menyikat gigi dengan teknik Bass serta tidak makan dan minum selama 1 jam sebelum penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk menghomogenkan kondisi rongga mulut sebelum dilakukan penelitian dan untuk menghindari efek lain yang disebabkan oleh plak dan sisa makanan ataupun minuman. Data yang didapatkan dari masing-masing kelompok perlakuan di analisis menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas Levene Test, dilanjutkan dengan uji Anova One Way, kemudian uji beda LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah koloni Streptococcus sp. yang signifikan antara sebelum subyek diberi perlakuan (kontrol) dan setelah mengkonsumsi buah belimbing manis. Perbedaan yang signifikan ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,000 (p<0,05). Hal ini disebabkan karena buah belimbing manis mengandung senyawa epikatekin, flavonoid, tanin, alkaloid, dan, saponin,dengan jumlah senyawa terbesar yaitu flavonoid. Kandungan senyawasenyawa ini menjadikan buah belimbing manis efektif digunakan sebagai buah berdaya antibakteri. Dari hasil penelitian dapat diketahui pula terjadi peningkatan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp. antara sebelum subyek diberi perlakuan (kontrol) dan setelah mengkonsumsi buah pepaya, serta antara setelah mengkonsumsi buah belimbing manis dan buah pepaya. Perbedaan ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas 0,000 (p<0,05). Peningkatan ini disebabkan karena pepaya mengandung sukrosa dan daging buah pepaya matang tidak mengandung senyawa kimia yang berfungsi sebagai antibakteri. Senyawa kimia antibakteri pada pepaya hanya ditemukan pada bagian daging buah muda, daun, batang dan biji pepaya. Buah pepaya diduga lebih efektif digunakan sebagai buah yang dapat membersihkan gigi karena kandungan β-karoten, vitamin C yang tinggi, dan enzim papain. viiien_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081610101073;
dc.subjectMENGKONSUMSI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) , BUAH PEPAYA (Carica papaya L.)en_US
dc.titlePENGARUH MENGKONSUMSI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) DAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP JUMLAH KOLONI Streptococcus sp. DALAM SALIVA ANAK USIA 10 – 12 TAHUNen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record