Show simple item record

dc.contributor.authorEllen Siska Susanti
dc.date.accessioned2014-01-07T07:01:52Z
dc.date.available2014-01-07T07:01:52Z
dc.date.issued2014-01-07
dc.identifier.nimNIM082010101020
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/13847
dc.description.abstractTanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan spesies tumbuhan yang termasuk dalam famili Papilionaceae. Senyawa tumbuhan ini dilaporkan mempunyai sifat antikanker, antara lain : inhibitor protease, phitat, saponin, phitosterol, asam lemak omega-3 dan isoflavon. Di antara antikanker tersebut, perhatian terbesar ditujukan kepada isoflavon (Koswara, 2006). Isoflavon, senyawa fitoestrogen dapat menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor (Kurahashi et al., 2007). Jenis senyawa isoflavon ini terutama adalah genistein, daidzein, dan glisitein (Ayuningtias, 2009). Penghambatan sel kanker oleh genistein dicapai melalui mekanisme penghambatan regulasi siklus sel yang menyebabkan ekspresi gen abnormal menurun sehingga menginduksi apoptosis sel abnormal (Peterson et al, 1997). Di samping berkhasiat antikanker, tanaman kedelai berpotensi dalam menurunkan insidensi osteoporosis (Koswara, 2006) dan resiko penyakit cardiovascular seperti penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah (Messina, et al. 2002, Johnston, 2003, Yildiz, 2005). Secara in vitro, sari kedelai terbukti dapat menghambat proses karsinogenesis (Pawiharsono, 2008). Berdasarkan hal tersebut, kedelai berpotensi sebagai agen kemopreventif baru termasuk untuk kanker kolon, maka dilakukan penelitian ilmiah lebih lanjut untuk mengetahui apakah sari kedelai (Glycine max L.) mempunyai pengaruh terhadap apoptosis sel kanker kolon pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi 7,12- Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA. Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories (Pratiknya, 2003) dengan desain Post Test Only Control Group Design. Pemilihan subjek penelitian untuk pengelompokan dan pemberian perlakuan dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) (Notoatmodjo, 2002) dengan 2 kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif (pur dan aquadest) dan kontrol positif (DMBA) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P1 (sari kedelai dosis 5 mg/hari), P2 (sari kedelai dosis 10 mg/hari), dan P3(sari kedelai dosis 20 mg/hari). Berdasarkan penelitian ini sari kedelai (Glycine max L.) terbukti mempunyai pengaruh terhadap apoptosis sel kanker kolon, yaitu dapat meningkatkan apoptosis sel kanker kolon pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi DMBA dan didapatkan dosis optimal sari kedelai terhadap apoptosis sel kanker sebesar 20 mg/hari.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082010101020;
dc.subjectSari Kedelai, Apoptosis Sel Kanker Kolonen_US
dc.titlePENGARUH SARI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP APOPTOSIS SEL KANKER KOLON PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record