Show simple item record

dc.contributor.authorEgik Tri Juniarso
dc.date.accessioned2013-12-27T14:43:15Z
dc.date.available2013-12-27T14:43:15Z
dc.date.issued2013-12-27
dc.identifier.nimNIM021810301124
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/13571
dc.description.abstractUdang merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar di Indonesia. Udang di ekspor dalam bentuk beku, dimana sekitar 60-70% adalah limbah. Dalam limbah udang (kulit, kepala dan ekor) terdapat tiga komponen besar yaitu protein, kalsium karbonat dan kitin. Kandungan kitin dalam cangkang udang sekitar 99,1%, kitin dapat dimanfaatkan lebih lanjut menjadi kitosan. Kitosan sangat bermanfaat di berbagai bidang karena dilihat dari strukturnya terdapat amina yang bersifat parsial positif kuat. Pembuatan kitosan dari cangkang udang meliputi tiga tahap, yaitu pemisahan protein (deproteinisasi), demineralisasi dan deasetilasi. Deproteinisasi dalam penelitian ini dilakukan secara enzimatik menggunakan ekstrak kasar protease dari isi perut ikan lemuru ( Sardinella sp.). Dilakukan uji aktivitas dan optimasi ekstrak kasar protease menggunakan substrat kasein, untuk mendapatkan kondisi optimal enzim dalam menghidrolisis protein. Ekstrak kasar protease untuk kondisi asam optimum pada pH 3 dan kondisi basa pada pH 9, serta optimum pada temperatur 50 oC. Kondisi tersebut digunakan untuk deproteinisasi secara enzimatik dengan waktu inkubasi selama 90 menit. Penentuan waktu inkubasi tersebut diperoleh berdasarkan kandungan protein cangkang udang selama deproteinisasi secara enzimatik, diketahui melalui pengukuran kadar nitrogen total cangkang udang setiap rentang waktu 30 menit menggunakan metode Kjeldahl. Kadar nitrogen cangkang udang sebelum deproteinisasi secara enzimatik 2,10 persen setelah mengalami deproteinisasi secara enzimatik kadar nitrogennya sebesar 0,872 pada suasana asam (pH 3) dan 0,871 untuk susana basa (pH 9). Demineralisasi adalah pemisahan mineral-mineral terutama kalsium karbonat menggunakan asam klorida. Kitin yang diperoleh selanjutnya viii dipisahkan gugus asetilnya atau deasetilasi dengan penambahan natrium klorida, untuk mendapatkan senyawa turunanya yaitu kitosan. Identifikasi kitosan berdasarkan penentuan gugus fungsi menggunakan spektra FTIR. Spektra FTIR kitosan hasil penelitian dibandingkan kitosan pembanding Sigma Aldrich dengan derajat deaseitilasi 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spektra FTIR kitosan memiliki spektra yang sangat identik dibandingkan dengan kitosan pembanding (Sigma Aldrich DD 85%). Terutama ditunjukkan untuk absorpsi gugus amina -NH 2 dan ikatan amida C-N yang merupakan absorpsi spesifik dari kitosan. Kitosan hasil deproteinisasi secara enzimatik pada kondisi asam (pH 3), absorpsi -NH 2 terdapat pada 3466.08 dan 1597.06 cm -1 dengan ikatan C-N pada 1658.78 cm -1. Deproteinisasi pada kondisi basa dengan larutan buffer pH 9 menunjukkan gugus -NH 2 yang menyerap pada 3450.65 dan 1597.06 cm -1, sedangkan ikatan C-N menyerap pada 1664.57 cm -1.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries021810301124;
dc.subjectPEMANFAATAN EKSTRAK KASAR PROTEASEen_US
dc.titlePEMANFAATAN EKSTRAK KASAR PROTEASE DARI ISI PERUT IKAN LEMURU ( Sardinella sp.) UNTUK DEPROTEINISASI LIMBAH UDANG SECARA ENZIMATIK DALAM PROSES PRODUKSI KITOSANen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record