Show simple item record

dc.contributor.authorSatrio Tri Hadmoko
dc.date.accessioned2013-12-27T02:16:18Z
dc.date.available2013-12-27T02:16:18Z
dc.date.issued2013-12-27
dc.identifier.nimNIM102010101060
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/13177
dc.description.abstractDalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia dalam bidang kedokteran, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerapkan program internsip bagi lulusan dokter dengan kurikulum KBK mulai tahun 2010. Menurut UU RI No. 29 Tahun 2004 pasal 27 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa setelah lulus dari institusi pendidikan dokter, diperlukan program pemahiran sebagai salah satu tahap pelatihan keprofesian pra registrasi berbasis kompetensi pelayanan primer bagi lulusan dokter. Program Internsip dokter sudah dilaksanakan sejak lama di negara lain sebagai program internship atau housemanship yang mengacu pada standar World Federation of Medical Education (WFME) (Badan Litbangkes dan BPPSDM Kesehatan, 2013). Program internsip adalah satu fase pelatihan praktik kedokteran bagi lulusan dokter untuk memahirkan kompetensi yang telah dicapai dengan terjun langsung ke masyakat untuk menerapkan ilmu kedokteran mereka dengan supervisi. Setelah menyelesaikan program internsip selama kurang lebih antara satu hingga tiga tahun, dokter internsip akan memperoleh (Surat Izin Praktik) SIP dan (Surat Tanda Registrasi) STR definitif yang dapat digunakan untuk menjalankan praktik kedokteran secara penuh (Menkes RI, 2010). Hasil evaluasi program internsip yang dilaksanakan tim evaluasi internsip pada tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaan internsip antara lain jumlah dan ketepatan waktu penyaluran gaji yang tidak sesuai, selain itu beberapa wahana Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dukungan logistik dan manajemen kurang memadai seperti tidak tersedianya buku pedoman, kurang jelasnya logbook dan sulitnya membuat SIP Internsip (Badan Litbangkes dan BPPSDM Kesehatan, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi penerimaan program internsip antara mahasiwa tahap akademik, tahap profesi dan dokter internsip serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penerimaan program internsip tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif menggunakan kuesioner mengenai persepsi penerimaan program internsip dengan mengambil sampel dari mahasiswa tahap akademik, mahasiswa tahap profesi dan dokter internsip. Hasil penelitian yang didapatkan adalah terdapat perbedaan yang signifikan mengenai persepsi penerimaan program internsip antara mahasiswa tahap akademik, tahap klinik dan dokter internsip. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi penerimaan program internsip pada masing-masing tingkatan pendidikan memiliki variasi yang berbeda bergantung pada nilai rata-rata setiap pernyataan pada kuesioner, sehingga menentukan seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap persepsi penerimaan program internsip.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries102010101060;
dc.subjectPersepsien_US
dc.titlePERBEDAAN PERSEPSI PENERIMAAN PROGRAM INTERNSIP ANTARA MAHASISWA TAHAP AKADEMIK, TAHAP PROFESI DAN DOKTER INTERNSIPen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record