dc.description.abstract | Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia dan merupakan penyakit
yang sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan penduduk dunia. Di
Indonesia penyakit malaria masih ditemukan pada semua provinsi dengan stratifikasi
malaria tinggi (berdasarkan Annual Parasite Incidence/API) di wilayah Indonesia
bagian Timur. Penyebab malaria adalah Plasmodium sp. yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. Di Indonesia,
ditemukan 5 spesies penyebab penyakit malaria pada manusia, yaitu Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan
Plasmodium knowlesi.
Gejala khas malaria terjadi pada saat skizon ruptur, di mana toksin parasit
menyebabkan sel hospes melepaskan sitokin, seperti Tumour Necrosis Factor (TNF).
Tumour Necrosis Factor yang bertanggung-jawab terhadap timbulnya demam. Pada
malaria berat terjadi overproduksi sitokin pro-inflamasi, seperti Tumour Necrosis
Factor-alpha (TNF-α), Interleukin-1 (IL-1), Interferon-γ (IFN-γ) dan radikal bebas
seperti Reactive Oxygen Intermediate (ROI), Reactive Oxygen Spesies (ROS), Nitric
Oxide (NO) oleh sel-sel fagosit dan sel endotel yang teraktivasi.
Pemberantasan terhadap penyakit malaria semakin sulit karena ditemukannya
kasus resistensi parasit terhadap obat antimalaria dan gangguan sistem imun. Oleh
sebab itu, dimulailah pencarian manfaat senyawa kimia tumbuh-tumbuhan yang dapat
meningkatkan aktivitas sistem imun. Salah satu senyawa kimia pada tumbuhan yang
telah terbukti sebagai imunomodulator dan dapat meningkatkan ekspresi CD36 pada
viii
makrofag yang memediasi terjadinya fagositosis secara non-opsonisasi adalah
kurkumin. Rempah-rempah (Zingiberaceae), termasuk Bangle (Zingiber cassumunar
Roxb.), memiliki komponen bioaktif, yaitu kurkumin. Senyawa lain yang terkandung
dalam bangle, yaitu minyak atsiri, tanin, saponin, flavonoid, lemak, mineral, alkohol,
keton, terpen, dan gula.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak Bangle
(Zingiber cassumunar Roxb.) terhadap kadar Tumour Necrosis Factor-alpha (TNF-α)
serum mencit Balb/C yang diinfeksi Plasmodium berghei.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah posttest only control group
design. Sejumlah 15 mencit Balb/C dengan berat 25 gram dan usia 2-3 bulan dibagi
ke dalam 5 kelompok. Setelah diinfeksi Plasmodium berghei, setiap hari diperiksa
derajat parasitemia. Lama pemberian terapi selama 4 hari berdasarkan modifikasi
metode Peter. Kadar TNF-α serum diukur menggunakan metode ELISA dengan
satuan ρg/ml.
Rerata kadar TNF-α serum kelompok bangle, bangle-artemisinin, artemisinin,
tanpa terapi, dan tanpa perlakuan adalah 77,46 ± 33,96 ρg/ml, 55,08 ± 15,19 ρg/ml,
85,56 ± 22,43 ρg/ml, 102,81 ± 61,76 ρg/ml, dan 41,29 ± 2,28 ρg/ml. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan Uji Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang bermakna antarkelompok (p≥0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bangle tidak mempengaruhi kadar TNF-α
serum mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei. | en_US |