Pengembangan Jalur Pejalan Kaki Kawasan Perkotaan Selong Kabupaten Lombok Timur

Abstract

Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Kecamatan Selong termasuk dalam Kawasan Strategis Kabupaten kepentingan ekonomi dan Kawasan Perkotaan Selong sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi atau sering disebut dengan PKWp (Perda Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 tentang RTRW Kab. Lombok Timur 2012-2032). Berdasarkan kondisi eksisting jalur pejalan kaki yang menunjang aksesibilitas pengguna jalur pejalan kaki mengalami permasalahan yang menganggu akses bagi pejalan kaki. Beberapa masalah yang teridentifikasi pada jalur pejalan kaki, seperti kondisi trotoar yang berlubang dan tidak rata, kurangnya lampu penerangan di sepanjang jalur pejalan kaki, sampah yang berserakan, dan drainase yang tersumbat 1 2 menyebabkan meluapnya air pada bagian jalur pejalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi infrastruktur jalur pejalan kaki berdasarkan Surat Edaran Menteri PUPR Nomor: 18/SE/Db/2023 tentang Pedoman Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki dalam mendukung aksesibilitas pejalan kaki dan menyusun rekomendasi pengembangan jalur pejalan kaki Kawasan Perkotaan Selong. Penelitian ini berjenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan teknik analisis data menggunakan analisi deskriptif, analisis indeks aksesibilitas dan analisis diskriminan. Sampel pada penilitian ini berjumlah 100 responden. Data dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu observas, kuisioner, dan wawancara stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi eksisting pejalan kaki berdasarkan penilaian kesesuaian fasilitas jalur pejalan kaki disimpulkan sebelas dari dua belas jalur pejalan kaki yang tersebar di tujuh segmen penelitian dalam kategori kondisi kurang baik. Berdasarkan hasil perhitungan indeks aksesibilitas pejalan kaki terdapat 30 responden dalam kategori indeks aksesibilitas rendah dan 70 responden dalam kategori aksesibilitas tinggi. Kebutuhan pengembangan jalur pejalan kaki berdasarkan analisis diskriminan menunjukkan bahwa terdapat priotitas pengembangan infrastruktur jalur pejalan kaki berdasarkan kebutuhan pengguna antara lain jalur penyeberangan, bolar, tempat duduk, rambu dan papan informasi, tempat sampah, drainase, jalur hijau, fasilitas pendukung disabilitas, halte dan lapak tunggu, pagar pengaman, lampu penerangan, dan trotoar. Rekomendasi pengembangan disusun berdasarkan hasil penilaian dan kebutuhan pejalan kaki, yang memprioritaskan jalur pejalan kaki dengan kategori kurang baik serta pemenuhan infrastruktur yang kurang pada area jalur pejalan kaki. Rekomendasi pengembangan prioritas infrastruktur yang dapat direalisasikan dengan penambahan jalur penyeberangan, bolar, tempat duduk, tempat sampah, fasilitas pendukung disabilitas, halte, pagar pengaman, dan lampu penerangan, pengelolaan kebersihan lingkungan pada area pejalan kaki, serta pemeliharaan kondisi drainase dan trotoar. Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa hasil penilaian yaotu kondisi eksisting jalur pejalan kaki di ketujuh segmen dalam kondisi kurang baik dan tingkat kebutuhan masyarakat untuk pengembangan infrastruktur pejalan kaki sangat tinggi. Sedangkan sebagian besar yaitu 70 dari 100 responden tergolong dalam kategori aksesibilitas tinggi. Dengan demikian, diharapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan kualitas dan kelengkapan jalur pejalan kaki yang memberikan kenyamanan dan keamanan para pejalan kaki dan bermanfaat serta berkelanjutan untuk kawasan perkotaan.