Hubungan Kesejahteraan Spiritual dengan Mekanisme Koping Keluarga Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Tk.III Baladhika Husada Jember
Abstract
Keluarga merupakan orang-orang terdekat seseorang yang terlibat secara
emosional dan tidak dapat dipisahkan. Beban situasi stres menuntut keluarga untuk
beradaptasi terhadap pemicu stres. Keluarga dengan pengsuhan jangka panjang
mempengaruhi kesehatan, kondisi sosial-finansial, dan kondisi fisiologis serta
menyebabkan depresi atau kecemasan pada keluarga pengasuh. Beban pengasuhan
ini juga dipengaruhi oleh karakteristik pasien, diagnosis, stadium penyakit, dan
jenis perawatan dan tanggung jawab. Keluarga mengembangkan strategi terhadap
penanggulangan yang melibatkan hubungan dengan diri sendiri, orang lain, atau
bahkan Tuhan dan hal ini mencakup praktik keagaaman atau spiritual.
Kesejahteraan spiritual (Spiritual Well Being) merupakan konsep multidimensi
yang memberikan makna penegasan hidup dalam hubungan dengan Tuhan, diri
sendiri, komunitas, dan lingkungan. Keluarga pada pengasuh pasien dengan
kemoterapi perlu adanya upaya mekanisme koping yang baik. Mekanisme koping
yang baik dapat diperoleh dengan menjalankan kesejahteraan Spiritual yang baik.
Mekanisme koping merupakan cara individu dalam menyelesaikan dan mengatasi
permasalahan. Peran keluarga dengan tingkat spiritual yang baik akan memberikan
kepatuhan pengobatan yang lebih baik.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan Kesejahteraan Spiritual
dengan Mekanisme Koping keluarga pasien kanker yang menjalani kemoterapi di
RS Tk.III Baladhika Husada DKT Jember pada tahun 2024. Penelitian ini
menggunakan desain analisis kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
keluarga pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Sampel pada penelitian ini
adalah 94 responden dengan teknik pengambilan consecutive sampling . Instrumen
yang digunakan Spiritual Well Being Scale (SWBS) untuk pengukuran
Kesejahteraan Spiritual dan Briefcope untuk mengukur Mekanisme Koping.
Analisis data menggunakan teknik univariat dan bivariat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa usia keluarga menunjukkan sebagian
besar berada pada kelompok usia 18-40 tahun (67%). Pada jenis kelamin mayoritas
keluarga pasien yang melakukan perawatan yakni perempuan dengan jumlah 64
orang (68,1%). Berdasarkan tingkat pendidikan pada penelitian ini, ditemukan
bahwasannya keluarga pasien kanker yang menjalani kemoterapi paling banyak
memiliki pendidikan terakhir yakni SMA sejumlah 35 orang (37,2%). Penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar durasi perawatan oleh keluarga pasien kanker
berkisar antara 4 hingga 12 bulan, mencapai 57,4%. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan anggota keluarga yang mendukung proses pengobatan pasien kanker
yang menjalani kemoterapi sebagian besar merupakan anak pasien sebanyak 54
orang (57,4%). Pada hasil nilai rata-rata kesejahteraan spiritual keluarga pasien
dalam rentan 97.48 dan nilai rata-rata Mekanisme Koping keluarga pasien dalam
rentan 72.12. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kesejahteraan spiritual dan koping pada keluarga pasien kanker
yang menjalani kemoterapi, dengan nilai p-value sebesar 0,011 (<0,05). Nilai
korelasi sebesar 0,26 menunjukkan arah hubungan yang positif dengan kekuatan
cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik kesejahteraan spiritual
keluarga pasien, maka semakin baik pula kemampuan koping keluarga pasien
kanker yang menjalani kemoterapi.
Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa kesejahteraan
spiritual memiliki peran penting dalam mendukung kemampuan koping keluarga
pasien kanker. Meski hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini tergolong
cukup, pengaruh positif kesejahteraan spiritual terhadap koping tetap relevan dan
membuka peluang untuk pengembangan strategi intervensi yang lebih terintegrasi.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1674]