Show simple item record

dc.contributor.authorFAUZI, Dimas Yohan Al
dc.date.accessioned2025-09-17T02:12:47Z
dc.date.available2025-09-17T02:12:47Z
dc.date.issued2023-07-26
dc.identifier.nim160110201073en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/128169
dc.descriptionValidasi_firli_11_september_25; Finalisasi oleh Taufik Tgl 17 September 2025en_US
dc.description.abstractManusia sebagai makhluk hidup dituntut untuk memenuhi kebutuhannya karena memiliki akal. Kebutuhan manusia muncul dalam dirinya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan. Manusia dalam mencapai kesejahteraan tidak akan berjalan dengan lancar tidak akan sama dengan apa yang mereka harapkan. Perjalanannya dalam meraih kesejahteraan pasti akan menemui sebuah halangan dan halangan tersebut akan menciptakan sifat dan kepribadian manusia, sebagai manusia yang memiliki akal dan akan terus mengalami parkembangan. Ilmu Psikologi Humanistik mempelajari tentang sifat dan kepribadian, tentang bagaimana manusia bertransisi kepribadian dalam usahanya mencapai kesejahteraan untuk memenuhi kebutuhannya. Novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari merupakan novel yang relevan dikaji dengan psikologi humanistik karena sisi kemanusiaan yang dipaparkan pengarang, konflik konflik yang terjadi menunjukkan bagaimana perjuangan seseorang dalam mencapai real self mengalami banyak hambatan. Novel Bekisar Merah bercerita tentang seseorang dihadapkan dengan pilihan yang menyudutkan dirinya dari lingkungan hidupnya, kebingungan tokoh tersebut akan berdampak pada pencapaian real-self-nya. Novel Bekisar Merah diceritakan dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami. Pada novel Bekisar Merah banyak pesan pesan tersirat yang disampaikan oleh pengarang. Bekisar Merah mengisahkan tentang perjalanan hidup penuh tantangan seorang perempuan bernama Lasi. Lasi tinggal di desa kecil bernama Karangsaga dan memiliki suami bernama Darsa, yang bekerja sebagai penyidap nira. Biasanya, Darsa selalu pulang tepat waktu setiap hari namun pada suatu hari, ia tidak pulang seperti biasanya. Hal tersebut membuat Lasi cemas dan khawatir. Tak lama kemudian, sekelompok orang datang membawa seseorang yang ternyata adalah Darsa. Lasi sangat terkejut dan histeris karena ia tidak memiliki uang untuk biaya pengobatan suaminya. Lasi menjadi panik dan meminta pertolongan dari warga sekitar. Beruntung, Eyang Mus memberikan saran kepada Lasi agar segera membawa suaminya ke rumah sakit. Setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit, ternyata penyakit Darsa tidak kunjung sembuh. Dokter menyarankan agar Darsa menjalani operasi karena ia masih mengalami masalah inkontinensia dan kelemahan seksual. Lasi tidak memiliki uang untuk biaya operasi tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk pulang dan mencari alternatif pengobatan yang lebih murah, yaitu mengunjungi dukun bernama Bunek. Setelah Darsa diobati oleh dukun Bunek, kondisinya membaik sebagai bentuk balas budi kepada Bunek, Darsa diminta untuk berhubungan dengan Sipah, anak cacat dan picang dari Bunek, untuk membuktikan kejantanan Darsa. Sayangnya, hasilnya Sipah hamil dan Bunek menuntut agar Darsa menikahi Sipah. Kejadian tersebut membuat Lasi semakin tak tahan tinggal di desa kecil tersebut, dan diam-diam ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Lasi naik truk yang dikemudikan oleh Pardi, tetangganya, menuju Jakarta. Di sana, Lasi dititipkan di warung makan langganan Pardi yang dimiliki oleh Bu Koneng. Bu Koneng memaksa Lasi untuk tinggal dan bekerja sebagai pelayan di warungnya. Pada suatu hari, Bu Lanting, yang sering memanfaatkan wanita cantik untuk diperistrikan oleh pejabat kaya, melihat kecantikan Lasi. Bu Lanting kemudian memberikan pakaian mewah kepada Lasi. Setelah menerima hadiah tersebut, Lasi diajak Bu Lanting berkeliling ibu kota, dan Lasi hanya menuruti setiap permintaan dan tawaran yang diberikan oleh Bu Lanting. Suatu hari, Bu Lanting memperkenalkan Lasi kepada seorang penguasa kaya bernama Handarbeni. Di sisi lain, Bu Lanting berharap Lasi bersedia menjadi istri Handarbeni. Akhirnya, Lasi menjadi nyonya Handarbeni dan hidupnya tidak lagi kekurangan, segala kebutuhannya tercukupi. Lasi hidup seperti Bekisar Merah, burung cantik yang menjadi hiasan rumah orang kaya namun kebahagiaan Lasi tidak berlangsung lama. Lasi merasa kecewa ketika mengetahui bahwa Handarbeni mengalami impotensi. Kekecewaan Lasi semakin bertambah ketika Handarbeni meminta Lasi mencari kepuasan dengan orang lain.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Budayaen_US
dc.subjectANALISIS NOVELen_US
dc.subjectPSIKOLOGI HUMANISTIKen_US
dc.subjectBEKISAR MERAHen_US
dc.titleAspek Psikologi Humanistik pada Novel Bekisar Merah karya Ahmad Toharien_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiSastra Indonesiaen_US
dc.identifier.pembimbing1Dra. Titik Maslikatin, M.Humen_US
dc.identifier.pembimbing2Zahratul Uminiyya, S.S., M.Hum.en_US
dc.identifier.validatorValidasi_firli_11_september_25en_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record