Pengaruh Edukasi Video Animasi Terhadap Tingkat Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Siswa SDN 3 Grajagan Banyuwangi
Abstract
Megathrust merupakan suatu fenomena alam terjadinya tumbukan lempeng
bumi dengan intensitas tinggi yang menimbulkan terjadinya gempa bumi kuat.
Gempa bumi megathrust memiliki sifat tsunamigenik dari pergeseran lempeng
bumi dibawahnya. Potensi gempa bumi megathrust diperkuat dengan
ditemukannya celah seismik di selatan Jawa yang mana memiliki kekuatan besar
menimbulkan Tsunami, salah satunya Jawa Timur dengan perkiraan kekuatan
gempa 8,8 magnitudo dan ketinggian gelombang tsunami mencapai 12 meter. Level
kesiapsiagaan masyarakat di Indonesia khususnya anak-anak sebagai kelompok
rentan dalam menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami perlu untuk
ditingkatkan. Cara untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana di Indonesia dapat
dilakukan dengan berbagai hal seperti edukasi atau pendidikan kebencanaan.
Metode dan media edukasi berperan penting dalam penyampaian informasi. Video
animasi menjadi pilihan yang menarik minat anak yang memiliki karakteristik
menyukai animasi.
Penelitian ini menggunakan populasi yaitu siswa kelas 3, 4, 5 dan 6 SDN 3
Grajagan Banyuwangi dengan jumlah 155 siswa. Sampel yang digunakan
berjumlah 132 siswa dihitung menggunakan rumus Slovin dengan pembagian 66
sampel sebagai kelompok intervensi dan 66 sampel sebagai kelompok kontrol.
Desain penelitian yang digunakan yaitu Quasi Experiment menggunakan
pendekatan Non Equivalent Control Group Design dengan pre dan post test pada
kelompok intervensi dan juga kontrol. Teknik sampling yang digunakan yaitu
Probability Sampling dengan pendekatan Proportionate Stratified Random
Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner karakteristik dan juga
kuesioner kesiapsiagaan gempa bumi dan tsunami oleh LIPI-UNESCO 2006.
Hasil penelitian yaitu terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan sebelum
dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dengan p-value 0,000 (<0,05)
setelah di uji menggunakan Wilcoxon Matched Pairs test. Hasil tersebut ditandai
dengan mayoritas kelompok intervensi mengalami peningkatan tingkat
kesiapsiagaan gempa bumi dan tsunami. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak
ada perbedaan kesiapsiagaan antara data sebelum dan sesudah penelitian dengan
p-value 0,358 (>0,05) setelah di uji menggunakan Wilcoxon Matched Pairs test.
Hasil tersebut ditandai dengan mayoritas kelompok yang tidak mengalami
peningkatan kesiapsiagaan gempa bumi dan tsunami. Sehingga terdapat pengaruh
pemberian edukasi menggunakan video animasi pada tingkat kesiapsiagaan siswa
SDN 3 Grajagan Banyuwangi dimana p-value 0,000 (<0,05) setelah di uji
menggunakan Mann-whitney U test.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu karakteristik responden dalam
penelitian ini rata-rata berusia 11 tahun, mayoritas berjenis kelamin laki-laki,
pernah mengalami gempa bumi dan jarang mendengar kejadian gempa bumi, dan
tidak pernah mengalami tsunami serta jarang mendengar kejadian tsunami. hasil
tingkat kesiapsiagaan mayoritas siswa sebelum diberikan intervensi pada kelompok
intervensi berada pada tingkat rendah, serta hasil pre-test pada kelompok kontrol
juga menunjukkan kesiapsiagaan mayoritas berada pada tingkat rendah. Sedangkan
setelah diberikan intervensi, tingkat kesiapsiagaan mayoritas kelompok intervensi
berada pada tingkat sedang dan hasil post-test pada kelompok kontrol menunjukkan
mayoritas tetap berada pada tingkat rendah. Terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pre-test dan post-test kelompok intervensi sesudah diberikan intervensi
edukasi video animasi dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
pre-test dan post-test pada kelompok kontrol. Kemudian terdapat perbedaan
signifikan antara post-test kelompok intervensi dan kontrol, sehingga hipotesis (ha)
dapat diterima dimana terdapat pengaruh edukasi video animasi terhadap tingkat
kesiapsiagaan bencana gempa bumi dan tsunami siswa SDN 3 Grajagan
Banyuwangi.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1664]