Faktor Sosiodemografi, Higiene, dan Sanitasi pada Kasus Infeksi Entamoeba spp. di Kecamatan Mumbulsari dan Sukowono Kabupaten Jember
Abstract
Infeksi Entamoeba spp. merupakan masalah kesehatan yang perlu
diwaspadai karena masih sering terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Penyakit ini merupakan infeksi parasit usus manusia yang disebabkan oleh
Entamoeba spp.. Infeksi Entamoeba spp. memiliki distribusi di seluruh dunia.
Prevalensi infeksi Entamoeba spp. mencapai 50 juta kasus dan 100.000 kematian
setiap tahunnya. Prevalensi infeksi Entamoeba spp. di Indonesia cukup tinggi yaitu
berkisar antara 8-18%. Pada tahun 2020, kasus diare dengan salah satu
penyebabnya adalah infeksi Entamoeba spp. sebanyak 1.076.555 di Jawa Timur,
sedangkan kasus di Kabupaten jember sebanyak 20,228 kasus. Tingginya kasus
infeksi Entamoeba spp. dapat menimbulkan dampak meskipun pada umumnya
infeksi yang disebabkan tidak menimbulkan gejala, namun pada beberapa kasus
dapat berkembang menjadi infeksi yang berat seperti kolitis dan abses liver. Gejala
yang sering ditimbulkan pada penyakit kolitis yang disebabkan oleh Entamoeba
spp. yaitu berupa diare berat bahkan amebic colitis. Keterbatasan fasilitas sanitasi
seperti jamban dan penggunaan air sungai sebagai kebutuhan air minum sehari-hari
dapat meningkatkan risiko terinfeksi Entamoeba spp.. Kabupaten Jember memiliki
angka kepemilikan jamban yang rendah dengan persentase sebesar 38% dari
697.098 kepala keluarga dan masih memiliki kebiasaan buang air besar
sembarangan. Penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan identifikasi kasus
infeksi Entamoeba spp. serta mempelajari hubungan dengan faktor-faktor
reisikonya.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian crosssectional dengan pendekatan analitik observasional. Penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Mumbulsari dan Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
Pemeriksaan feses dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2021 sampai
bulan Mei 2022. Pengisian data kuesioner dilakukan secara langsung dengan
melakukan wawancara kepada subjek penelitian. Pertanyaan pada kuesioner
penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan
higiene, serta sanitasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
feses dari seluruh subjek penelitian yang telah bersedia mengikuti penelitian di
Kecamatan Mumbulsari dan Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan Entamoeba spp. pada sampel
feses menggunakan metode sedimentasi. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan
metode purposive sampling. Analisis data dilakukan secara dua tahap, yaitu analisis
bivariat menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji
regresi logistik ganda dengan menggunakan aplikasi JMP analysis statistic.
Berdasarkan hasil input data kuesioner faktor sosiodemografi didapatkan
data mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (62,5%), berusia dewasa
(26-45 tahun) (28,12%), memiliki tingkat pendidikan rendah (51%), dan tidak
bekerja (35,42%). Data kuesioner dari faktor higiene didapatkan mayoritas
responden memiliki kebiasaan makan makanan mentah (97,92%), minum air yang
telah dimasak (93,75%), tidak pernah minum air yang belum dimasak (72,92%),
memiliki kebiasaan memotong kuku (68,75%), mencuci tangan dengan air mengalir
(79,17%), mencuci tangan dengan sabun setelah BAB (85,42%), serta mencuci
tangan sebelum mengolah makanan (81,25%). Mayoritas responden juga memiliki
kebiasaan BAB di jamban (56,25%). Hasil input data kuesioner pada faktor sanitasi
didapatkan mayoritas responden menggunakan air bersih untuk kebutuhan seharihari (96,88%), memiliki saluran pembuangan limbah (82,29%), dengan saluran
pembuangan limbah dalam kondisi tertutup (91,21%), memiliki aliran terpisah
antar saluran pembuangan limbah (76,04%), memiliki kebiasaan berkebun atau
kontak dengan tanah dengan frekuensi sering (56,25%), kondisi sanitasi rumah
responden juga mayoritas telah memiliki jamban dalam rumah (59,38%) dengan
saluran pembuangan menuju septic tank (70,31%), serta pengaturan jarak septic
tank dengan sumber air > 10 meter (56,45%). Hasil analisis bivariat didapatkan
Faktor sosiodemografi berupa tingkat pendidikan rendah (p=0,093), faktor higiene
berupa kebiasaan buang air besar selain di jamban (p=0,023), dan faktor sanitasi
berupa kepemilikan jamban dalam rumah (p=0,053) merupakan faktor risiko yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap kasus infeksi Entamoeba spp. (p<0,25).
Hasil analisis multivariat didapatkan variabel lokasi buang air besar selain di
jamban memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap kasus infeksi
Entamoeba spp. (OR:9,809 95%CI: 2,21-43,48, p:0,0009).
Hasil penelitian menunjukkan jumlah sampel feses yang positif ditemukan
Entamoeba spp. sebesar 14 sampel (14,58%) dari jumlah total 96 sampel. Tingkat
pendidikan yang rendah, lokasi buang air besar selain di jamban, dan kepemilikan
jamban dalam rumah memiliki pengaruh yang signifikan dalam menyebabkan
infeksi Entamoeba spp.. Faktor risiko utama yang paling berpengaruh
menyebabkan infeksi Entamoeba spp. adalah lokasi buang air besar. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai adanya
faktor lain yang memiliki risiko terjadinya kasus infeksi Entamoeba spp.. Untuk
subjek penelitian, perlu menghindari kebiasaan buang air besar selain di jamban
agar terhindar dari kasus infeksi Entamoeba spp., dikarenakan lingkungan yang
telah terkontaminasi merupakan sumber utama penularan kasus infeksi Entamoeba
spp. serta perlu dilakukannya penyuluhan berupa edukasi yang bertujuan untuk
menumbuhkan kepedulian tentang perilaku hidup bersih dan sehat, menjaga higiene
pribadi, serta perbaikan fasilitas jamban, dikarenakan daerah yang diteliti
merupakan daerah berisiko tinggi penularan infeksi Entamoeba spp..
Collections
- UT-Faculty of Medical [1548]